FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE
Konsep Freire tentang pendidikan bertolak dari kenyataan bahwa dunia ini ada sebagian manusia yang menderita sedemikian rupa sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain justru dengan cara-cara yang tidak adil. Ini yang disebut oleh Freire sebagai “situasi penindasan” yang menafikan harkat kemanusiaan atau dehumanisasi (Russ Dilts dkk, P3M: 1990). Untuk itulah bagi Freire pendidikan haruslah mampu memanusiakan manusia (humanisasi) sebagaia sesuatu yang mutlak dilakukan. Humanisasi merupakan satu-satu pilihan dalam pendidikan karena hal ini sesuai dengan jalan fitrah kemanusiaan. Bagi Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subjek, bukan penderita atau objek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar. Manusia adalah penguasa bagi dirinya sendiri, merdeka dan menjadi bebas. Karenanya pendidikan adalah upaya untuk melakukan pemerdekaan dan pembebasan manusia dari segala bentuk ketertindasan. Inilah tujuan akhir dari upaya humanisasinya Freire. Proses humanisasi dalam pendidikan haruslah melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektik yang ajeg, yaitu :
1. Pengajar
2. Pelajar atau peserta didik
3. Realitas dunia
Yang pertama dan kedua adalah subjek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah objek yang tersadari atau disadari (cognizable). Hubungan dialektis ketiga unsur harus terjadi secara simultan dalam sebuah proses pendidikan. Hubungan dialektik ini mensyaratkan pola hubungan yang sejajar dan setara, tidak boleh ada suatu pihak yang lebih dominan dan superior dibandingkan dengan yang lain. Semua pihak memiliki hak yang sama untuk mengapresiasikan dirinya. Jadi, pendidikan mestilah memberi keleluasaan bagi setiap orang untuk mengatakan kata-katanya sendiri, bukan kata-kata orang lain. Murid harus diberi kesempatan untuk mengatakan kata-katanya sendiri, bukan kata-kaa sang guru. Untuk itulah pendidikan haruslah memberikan ruang bagi sharing pengalaman bagi setiap anggota pembelajar terasuk dalam hal ini pelajar maupun pengajar dalam merefleksikan dan memaknai realitas dunianya.
Namun dalam realitasnya sistem pendidikan yang berkembang selama ini kurang memberikan ruang bagi proses dialektik ketiga unsur tersebut dan cenderung memberikan ruang dominansi yang sangat besar dan jarak hubungan antar ketiga unsur yang sangat lebar dan semakin jauh. Untuk itu perlu upaya menghubungkan ketiga unsur ini secara sistematis dan hal ini baru dapat diwujudkan dalam sebuah desain model pendidikan yang mampu memberdayaan dan menyadarkan yaitu melalui pelatihan (training). Model pendidikan seperti ini dipahami sebagai model pendidikan yang tepat bagi orang dewasa. Karena orang dewasa diasumsikan sebagai orang yang bertindak secara sadar, bertanggung jawab.
Pengertian training menurut Michael J. Jacius adalah setiap proses dalam mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Training adalah sarana modern untuk mendapatkan sikap-sikap baru yang diperlukan seorang individu. Walaupun pengajaran itu memiliki kemampuan untuk menambah informasi dan mengubah orientasi, akan tetapi training merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan skill dan pengalaman, untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan profesionalitas.
Pelatihan lebih menitik beratkan pada psikomotorik maksudnya lebih menekankan pada pengasahan atau pengembangan keterampilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. training adalah sebuah pendekatan dalam merubah perilaku seseorang. training cenderung memberikan penekanan pada bagaimana membangun sebuah kebiasaan baru (build the habits)