Selasa, 10 Maret 2009

Sejarah PR

SEJARAH PUBLIC RELATIONS

Oleh Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si

1. SEJARAH UMUM PR

w ANTARA PERKEMBANGAN POLITIK DAN BISNIS

w REVOLUSI AMERIKA – REVOLUSI INDUSTRI – REVOLUSI KOMUNIKASI

AWAL KELAHIRAN

w IRAQ (1800 SM )

Para arkeolog menemukan sebuah buletin pertanian di Irak yang memberitahu tahu para petani cara menabur benih, cara melakukan irigasi, cara mengatasi tikus ladang dan cara memetik hasil panen yang tidak berbeda dengan distribusi buletin pertanian oleh Departemen Pertanian AS.

AWAL MULA DI AMERIKA

w SEBELUM REVOLUSI

w KEBEBASAN

w POLITIK DAN PERUBAHAN

w PR : Fokus pada upaya memanipulasi opini masyarakat untuk digerakkan bagi kepentingan revolusi dan penyebaran propaganda dengan menggunakan pena, podium, mimbar, peristiwa, simbol, organisasi politik, untuk memobilisasi massa melakukan perlawanan, penolakan, penentangan dan perubahan sistem dogmatik, absolut.

TAHUN PERTENGAHAN

wPR banyak menjalankan sebagai peran atau fungsi :

1. Press Agentry (agen press)

2. Kampanye politik (propaganda)

3. Praktek Bisnis (untuk mempromosikan kepentingan industri)

EVOLUSI KE ARAH KEMATANGAN (1900-Awal)

Enam periode perkembangan :

Era persemaian (1900-1917)

Periode perang dunia I (1917-1919)

Ledakan era 20-an (1919-1929)

Era Roosevelt & perang dunia II (1930-1945)

Era pasca perang (1945-1965)

Masyarakat Informasi global (1965-sekarang)

ERA PERSEMIAN (1900-1917)

Dari jurnalisme yang gemar menelanjangi ketidakberesan versus publisitas yang defensif,dan dari reformasi politik berjangkuan jauh yang diperkenalkan Theodore Roosevelt & Woondrow Wilson melalui penggunaan keterampilan hubungan masyarakat . Fokus lebih pada propaganda

PERIODE PERANG DUNIA I (1917-1919)

wDari demonstrasi kekuasaan yang dramatis dari promosi yang terorganisasi untuk mengobarkan semangat patriotisme yaitu untuk menjual obligasi perang, merekrut prajurit dan mengumpulkan berjuta-juta dolar untuk kesejahteraan.

LEDAKAN ERA 20-AN (1919-1929)

wKetika prinsip dan praktek publisitas yang dipelajari selama periode perang digunakan untuk mempromosikan produk disetujui untuk mengalami perubahan tempaan teknologi yang dipacu peperangan, kemenangan pertarungan politik, dan pengumpulan berjuta-juta dolar untuk tujuan derma.

ERA ROOSEVELT & PERANG DUNIA II (1930-1945)

wdari depresi besar dan perang dunia ii dengan peristiwa yang mendalam dan berdampak besar yang dipercanggih praktek hubungan masyarakat.

wPR fokus pada kepentingan politik ekonomi & politik perang (industri perang)

wDi AS : kantor informasi Perang. (kampanye informasi terorganisasi : kepentingan perang & propaganda).

LEDAKAN PASCA PERANG : 1945-1965

w PR : fungsi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca perang; sekolah, pendidikan, tenaga guru, bangunan, telekomunikasi dan transportasi (infrastruktur)

wPelembagaan kajian PR

ERA INFORMASI GLOBAL : 1965-SEKARANG

wMasyarakat Informasi (John Naisbit) : th 1956 : jumlah pekerja kerah putih melebihi angka pekerja produksi industri.

w th 1957, soviet muncul dengan satelit Sputnik : Era Komunikasi global

w kemajuan bidang industri multimedia.

IVY LEDBETTER LEE (1906) BAPAK PUBLIC RELATIONS, MEMBERIKAN OPSI BAGI MANAJEMEN PR :

wPERTAMA :

Membentuk manajemen humas untuk mengatur arus informasi/berita secara terbuka.

Bekerja sama dengan pihak pers.

Duduk sebagai top pimpinan perusahaan, dan langsung sebagai pengambil keputusan tertinggi (decision maker) dan policy maker.

wKEDUA :

Memiliki wewenang penuh dalam melaksanakan fungsi dan peranan sebagai pejabat humas untuk mengelola manajemen humas

wKETIGA :

Manajemen humas harus open communication (informasi terbuka) baik kepada khalayak/publik, pekerja maupun pihak pers

TIGA TAHAP PENGEMBANGAN PR
menurut Otis Baskin dkk : PR Proffesion and the practice

  1. TAHAP MANIPULASI :

PR diasumsikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengarahkan perhatian dan perilaku publik, dikenal tipe : agen pers (press agentry)

  1. TAHAP INFORMASI :

dianggap sebagai saluran informasi dari organisasi pada publiknya untuk mendapatkan simpati, pemahaman, terhadap organisasi. Dikenal tipe : agen publisitas (publicity agent)

3. TAHAP SALING PENGARUH & MEMAHAMI

menjalankan fungsi sebagai konsultan manajemen tentang bagaimana metode bagi manajemen/organisasi agar bisa mengambil keputusan, menilai opini publik, bersikap terhadap opini publik. Dikenal tipe : konselor PR (PR counselors)

TAHAP PERKEMBANGAN PR
MENURUT CUTLIP CENTER BROOM : EFFECTIVE PR

wEra pemasabodohan publik

wEra pengirformasian publik

wEra saling pengertian

wEra saling menyesuaikan

KRONOLOGIS PERKEMBANGAN PR

wAbad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh
1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,
sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional

w b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi

SEJARAH PR DI INDONESIA

w Jaman Kerajaan

wJaman penjajahan

wJaman Awal kemerdekaan

w Perkembangan Mutakhir

TUGAS UNTUK MAHASISWA :

BUAT TULISAN TENTANG SEJARAH PR

DI INDONESIA SEMENJAK

MASA KERAJAAN HINGGA SEKARANG

36 komentar:

  1. SEJARAH PERKEMBANGAN PUBLIK RELATION DI INDONESIA
    Publik Relation (PR) adalah sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengkomunikasikan organisasi kepada publik serta mengelola komunikasi antara organisasi dan publik.Baik publik internal yaitu yang berkaitan langsung dengan organisasi tersebut,maupun publik external yaitu yang berkaitan secara tidak langsung dengan organisasi tersebut tetapi masih berhubungan satu sama lain.
    Sejarah perkembangan PR sebenarnya sudah bermula sejak jaman kerajaan berdiri.Namun,pada saat itu PR belum terbentuk menjadi sebuah lembaga.Jadi,PR baru dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas sejak tahun 1950-an,atau yang lebih dikenal dengan Departemen Penerangan.Namun,pada saat itu PR belum bergerak sebagai mana semestinya,karena departemen tersebut hanya berdedikasi kepada urusan politik dan kegiatan pemerintah saja baik pusat maupun daerah,sehingga tidak bekerja sebagai mana semestinya,yaitu mencakup keseluruhan.
    Pada jaman kerajaan istilah PR belum dikenal sama sekali dikalangan masyarakat Indonesia.Namun,kegiatan yang biasanya dilakukan dalam PR sudah dilakukan pada saat itu,seperti mengirim utusan kerajaan untuk menyampaikan informasi pada kerajaan lain dan masyarakat yang berhubumgan dengan kegiatan kerajaan,serta menginformasikan tentang adanya sayembara yang akan dilaksanakan oleh suatu kerajaan.Selain itu,kegiatan lain yang berhubungan dengan PR pada waktu itu adalah adanya perjamuan makan kepada kerajaan lain guna mempererat hubungan diantara beberapa kerajaan tersebut serta menjalin koalisi atau menambah kekuatan untuk melawan musuh.Selanjutnya,adanya beberapa penemuan berupa prasasti-prasasti dan kitab-kitab yang menceritakan segala hal yang berhubungan dengan kerajaaan yang bersangkutan guna diketahui oleh masyarakat luas.
    Setelah jaman kerajaan berakhir,kegiatan-kegiatan PR masih tetap berlanjut hingga saat ini,walaupun belum resmi menjadi sebuah lembaga,namun kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi perkembangan negara kita sampai akhirnya negara Indonesia dapat merdeka seperti saat ini.Seperti pada saat penyampaian informasi secara diam-diam untuk menyusun strategi melawan penjajah,mengumpulkan dan memberi pengarahan untuk menggerakkan masyarakat Indonesia guna bersatu melawan penjajah,sampai akhirnya pada peristiwa diplokamirkannya kemenangan rakyat Indonesia terhadap penjajah dan status Indonesia yang sudah merdeka kepada masyarakat luas,baik dalam negri maupun sampai ke luar negri.PR sangat berperan dalam hal ini,karena dengan kegiatan yang dilakukan oleh PR status Indonesia yang sudah merdeka bisa diakui oleh dunia sampai saat ini.Hingga pada tahun 1950an dibentuklah Departemen penerangan yang bertujuan untuk menjadi pedoman dalam mengetahui jati diri Indonesia sebenarnya,karena dianggap kinerja Departemen Penerangan belum bekerja secara maksimal dalam menangani utusan negara yang mencakup keseluruhan,maka pada tahun 1962 diinstruksikan kepada setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR),dan pada saat itulah periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.Namun,kinerja Humas pada saat itu berbeda dengan tugas sebuah PR sebenarnya,hingga akhirnya dengan adanya perkembangan pesat pada PR,saat ini bisa dikatakan PR sudah menjadi PR yang sejati dan sesuai dengan tugasnya sebagai mana semestinya.


    Oleh :
    NILA MEGA RESTU
    NIM.0811223119
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  2. Sejarah PR
    Zaman Kerajaan di Indonesia.
    Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah. Tidak hanya itu, Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan. Hubungan dagang antara Indonesia dengan negara-negara lain ini membuktikan bahwa telah ada seseorang yang menjadi ”PR” sampai akhirnya nama Indonesia bisa dikenal.
    Pada tahun 692, salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Perdagangan kerajaan Sriwijaya bisa menjadi besar dan dikenal bahkan dikunjungi oleh pedagang dari negara lain membuktikan bahwa ada seseorang yang mempromosikan tentang kegiatan dagang yang ada di Sriwijaya.
    Selain perdagangan, PR di zaman kerajaan juga dibuktikan dengan adanya prasati-prasasti kerajaan. Misalnya pada kerajaan Kutai ditemukan prasasti Yupa. Informasi yang diperoleh dari Yupa atau yang disebut juga prasasti tugu, adalah kutai mengadakan upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 1.000 ekor lembu kepada brahmana. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
    Prasasti-prasasti dan candi-candi yang ada, menjalankan fungsi ”PR”. Karena peninggalan dari zaman keraaan ini menceritakan tentang kejayaan kerajaan dan juga cerita tentang raja-rajanya. Adanya candi-candi yang konon adalah tempat peristirahatan keluarga raja pada masa itu dibangun dengan megah dan luas. Semakin besar dan megah bangunan candi itu, mencitrakan pada kerajaan-kerajaan lain dan orang-orang di zaman sekarang, bahwa kerajaan tersebut adalah kerajaan yang besar.
    Pada zaman kerajaan peran PR kebanyakan dimainkan oleh ajudan atau juru bicara kerajaan, yang tugasnya menjalin hubungan denga rakyat dan kerajaan-kerajaan lain. Misalnya pada kerajaan Majapahit, adalah patih Gajahmada yang mengumumkan pada semua kerajaan di Indonesia pada saat itu tentang sumpah palapa yang termahsyur hingga saat ini. Selain itu, PR kerajaan juga berperan sebagai orang yang mencitrakan kebesaran dan kebaikan kerajaan tsb.

    Awal Kemerdekaan.
    Pada tahun 1950-an konsep PR baru dikenal yaituetelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Saat merumuskan konstitusi, ada banyak wartawan yang menunggu kelanjutan peritiwa setelah proklamasi kemerdekaan. Akhirnya pertemuan dengan itu ditunda untuk memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan kepada para wartawan yang ada. Pada saat itulah media relations dianggap penting. Saat itu negara Indonesia sedang membenahi stuktur kenegaraan yang masih kacau. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman. Akhirnya, dibentuklah Departemen Penerangan. Adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung dipomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri.
    Setelah perang kemerdekaan, mulai berdatangan beberapa perusahaan minyak ke Indonesia diantaranya Shell, Stanvac, Caltex. Sebagai perusahaan multinasional, mereka memiliki badan bernama PR. Adalah S. Maimoen, R Imam Sajono dan Soedarso yang di tahun 1950-an mulai dikenal sebagai PR Officer. Latar belakang mereka dari kalangan jurnalistik. Tahun 1954, Garuda Indonesian Airways mulai mengembangkan unit PR. Di tahun 1955, Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit PR. Kemudian diikuti oleh RRI. Di tahun 60-an, istilah ”purel” sebagai akronim public relations makin populer digunakan ketimbang term kehumasan. Pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia. Ini adalah periode pertama perkembangan PR.
    Pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan. Di Indonesia, tercatat konsultan PR yang pertama adalah PT Inscore Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan yang berdiri di Indonesia tahun 1972. Kebanyakan mereka mengelola kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun 1970, sekitar 20 tahun national Development Information Office mendukung pengelolalaan PR pemerintah RI untuk dunia internasional.
    Tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, lalu didirikan Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ). Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977, Perhumas bersama asosiasi humas di negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi Organisasi PR ASEAN dan menggelar Kongres PR Asean pertama di tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang dinamakan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Tahun 1995 hingga sekarang, PR berkembang sangat pesat. Ternyata perkembangan PR juga tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996. Kemudian, tanggal 11 November 2003, tercatat sebagai kelahiran PR Society Indonesia.
    Sedangkan pendidikan PR di Indonesia baru berkembang di tahun 1964. Adalah Universitas Padjajaran yang menjadi universitas pertama yang membuka FakultasPublic Relations. Ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu, banyak berkembang pendidikan PR dalam bentuk program studi hingga pendidikan di tingkat diploma. Tanggal 15 Desember 1972 merupakan moment delarasi asosiasi PR Indonesia, Perhumas. ketika itu beberapa PRO perusahaan minyak dan konsultan serta akademisi termasuk Menteri Dalam Negeri menjadi anggota pendiri.

    Ribka Religia S.
    0811220136
    Dasar Public Relations ( D-IK-2 )
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Di dalam jangka waktu beberapa terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya.Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat itu sendiri.
    PR sudah dimulai ada pada saat masa kerajaan , akan tetapi nama yang diusung belum berupa Public Relation. Pada masa kerajaan berlangsung PR yang dianut berupa sekelompok orang yang menyebarkan berita yang perlu disampaikan dari dalam kerajaan baik itu untuk kepentingan ker.ajaan atau kepentingan perseorangan kepada masyarakat luas. Pada masa ini PR dibuktikan dengan adanya prasasti-prasati kerajaan dan candi-candi yang memberitahukan kita sekarang tentang apa yang terjadi pada saat jaman kerajaan serta kita-kita untuk melengkapinya.
    Pada zaman awal kemerdekan , PR saat itu juga belum terbentuk. Masih dengan format yang ama dengan masa kerajaan , akan tetapi ini lebih hati-hati dalam menyebarkan berita. PR pada masa ini , terbagi menjadi dua funngsi. Pertama, difungsikan oleh masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan secarah sembunyi-sembunyi dari mulut ke mulut. Kedua, difungsikan oleh para penjajah untuk memprovokasi kekuatan penjajah yang semakin kuat di Indonesia.
    Pada saat konstitusi dibuat , wartawan menuggu kelanjutan peritiwa setelah proklamasi. Pada saat itulah media relations dianggap penting. Pemerintah menganggap penting dengan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman. Maka, dibentuklah Departemen Penerangan yang ditunjuk kepada Soedarpo Sastorsatomo untuk mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan.
    Pada masa sekarang , PR menjadi bahan studi yang cukup luas dan lebih jelas dalam pengembangannya. PR disini membuat korelasi yang cukup jelas antara subjek dengan pelaku. Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.

    Oleh :
    PUTRI SISKA AYU PURNAMA
    0811220130
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  5. Perkembangan Public Relation Pada Zaman Kerajaan Dan Awal Kemerdekaan Indonesia

    Istilah Public Relation (PR) di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an. Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Akan tetapi, fenomena-fenomena mengenai Public Relation sendiri telah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia. Fenomena-fenomena Public Relation ini berhubungan dengan konsep pencitraan, menjalin hubungan antara organisasi dengan publik. Hal ini sesuai dengan definisi Public Relation yaitu memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya.

    • Perkembangan Puublic Relation pada zaman kerajaan
    Fenomena-fenomena tentang perkembangan Public Relation sesungguhnya telah ada sejak zaman kerajaan. Akan tetapi pada saat itu Public Relation belum diresmikan. Berikut ini beberapa contoh dari fenomena-fenomena tersebut, ialah :
    1. Ditemukannya arkeologi di Cina bekas peninggalan Kerajaan Aru. Dalam arkeologi tersebut dijelaskan bahwa Kerajaan Haru memiliki hubungan dagang yang baik dengan Cina dan India.
    2. Ditemukannya catatan dari Kerajaan Majapahit di Lombok. Catatn tersebut ditulis di atas daun lontar, yang akhirnya disebut sebagai naskah Negarakertagama. Naskah tersebut berisi antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.
    3. Terjadinya perkawinan antara Raden Wijaya yang merupakan Raja dari kerajaan Majapahit dengan kempat putri dari Raja Kertanegara yang sebagai Raja Kerajaan Singosari. Pernikahan ini ditujukan untuk menjalin hubungan baik antara dua kerajaan yaitu Singosari dan Majapahit. Kisah ini ditemukan pada Prasasti Sukamerta dan Prasasti Balawi.
    4. Ditemukannya peninggalan berupa batu nisan Sultan Malik al-Saleh dan jirat Putri Pasai. Batu nisan tersebut berasal dari Gujarat (India). Hal ini berarti kerajaan Samudra Pasai bersifat terbuka dalam menerima budaya lain yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan budaya India. Dengan adanya peninggalan ini, menandakan bahwa Kerajaan Samudra Pasai mempunyai hubungan yang telah terjalin dengan baik dengan negara-negara di sekitanya.
    Contoh-contoh diatas merupakan sebagian kecil dari fenomena Public Relation yang terjadi pada zaman kerajaan. Bahkan hingga awal kemerdekaan di Indonesia pun aktivitas mengenai Public Relation masih tetap dilakukan.

    • Perkembangan Public Relation pada awal kemerdekaan Indonesia
    Selain fenomena-fenomena yang ada pada zaman kerajaan, fenomena mengenai Public Relation terus berlangsung bahkan pada saat Indonesia baru memulai kemerdekaannya untuk menjadi negara yang berdiri sendiri. Fenomena-fenomena tersebut. Contohnya pada saat Bung Tomo ”memompa” semangat rakyat Indonesia untuk terus berjuang melawan penjajah melalui radio secara diam-diam. Hal ini dikarenakan ketika itu penjajah masih berdiam di Indonesia walaupun Indonesia telah merdeka. Aktivitas-aktivitas seperti itulah yang merupakan contoh dari aktivitas Public Relation, akan tetapi masih belum dilembagakan secara resmi hingga Indonesia memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta.
    Pada tanggal 27 Desember 1949 dimana saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Ketika itu pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui “who we are, and what should we do first?” oleh sebab itu dibentuklah Departemen Penerangan akan tetapi pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebiksanaan pemerintah.
    Oleh sebab itu, pada tahun 1962, dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR). Akantetapi kegiatan yang dilakukan Humas pada saat itu hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, missal menyebarkan press release ke mass media, mengundang wartawan untuk jumpa pers, maka istuilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relation.
    Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu sendiri. Seperti , pertama, sasaran PR adalah public interen (orang-orang yang tercakup dalam organisasi) dan public ekstern ( orang-orang yang berada di luar organisasi). Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah. Maka tidak heran, di periode pertama ini, PR di Indonesia secara structural belum banyak yang ditempatkan dalam top management.

    Oleh :
    NINA CANDRA DEWI
    0811220122
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  6. Kegiatan PR sesungguhnya sudah dimulai sejak adanya peradaban manusia di bumi ini, namun belum terorganisir. Di Indonesia sendiri kegiatan PR sudah dimulai jauh saat kerajaan-kerajaan besar berdiri. Namun mungkin dulu mereka menyebutnya bukan PR karena jaman dulu belum dikenal istilah PR atau HUMAS. Setiap kerajaan kecil maupun kerajaan besar di Indonesia pasti melakukan kegiatan PR, setiap raja pasti memiliki seorang PR yang bertugas untuk memberikan informasi pada rakyat atau kerjaan tetangga, terlebih lagi jaman dulu belum dikenal adanya media cetak apalagi televisi.
    Kita ambil contoh dari kerajaan besar pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Mataram Hindu. Kita mengenal kerajaan Mataram Hindu dari adanya prasasti yang ditemukan arkeolog, namun untuk apa sesungguhnya prasasti tersebut, untuk memberitahukan kepada seluruh jagad raya bahwa di negeri jawa ini terdapat sebuah kerajaan besar bernama Mataram. Kerajaan Mataram hindu juga dikenal dengan sebutan kerajaan “Medang” Nama ini diketahui sebagai sebutan kerjaan Mataram Hindu dari prasasti Minto & prasasti Anjukladang (Rajya Medang i Bhumi Mataram) Tulisan prasasti inilah yang membuat kita tahu akan berdirinya kerajaan Medang di Yogyakarta.
    Sayembara, salah satu kegiatan yang dilakukan PR jaman kerjaan kuno di Indonesia adalah meyebar sayembara. Berbagai macam, mulai dari sayembara mencari calon suami untuk anak gadis raja, sayembara untuk menyembuhkan penyakit, bahkan sayembara adu kuat ilmu. Ketika Majapahit dipimpin oleh raja Brawijaya, putrinya yang bernama Retno Ayu Pembayun diculik anak dari Raja Blambangan Menak Jingga. Untuk menemukan kembali putrinya Raja Brawijaya membuat sayembara, siapa yang bias menemukan putrinya dan membunuh penculik akan diberi hadiah (rtulis dalam kitab naskah babad). Di kerajaan Blambangan, naiknya Raja Joko Umbaran diawali sayembara Ratu Kencono Wungu. Saat itu, “SIapa mampu membunuh Kebo Mancuet akan dihadiahi tanah Blambangan dan dijadikan suami Ratu Kencono Wungu”.
    PR dalam perkembangan kemerdekaan Indonesia berfungsi untuk menyatukan rakyat Indonesia. Membangun imege kekuatan bangsa pribumi Indonesia. Pada saat dikumandangkannya Proklamasi oleh bung Karno, secara serentak bangsa Indonesia Menyebarluaskannya hingga ke seluruh penjuru negeri. Pada tahun 1950-an, Soekarno mendekatkan Indonesia dengan komunis china yang akhirnya mendatangkan lebih banyak komunis dalam pemerintahannya. Pada masa yang sama, beliau juga memperoleh bantuan pasukan dari Soviet. Ini adalah salah satu kegiatan PR yang dilakukan soekarno demi menjalin kekuatan.
    Pergantian Adipati pada masa Kerajaan Mataram, Ki Gede Pamanahan digantikan Sutawijaya (th.1575) mengandung kegiatan PR didalamnya. Dengan memberitakan pada rakyat kenapa adipati diganti dan siapa penggantinya. Tahun 1601 – 1613 Sutawijaya diganti kedudukannya sebagai Raja oleh anaknya yaitu Sultan Anyakarwati. Pada masa kerajaan Mataram seluruh hasil bumi diserahkan kepad raja, untuk itu raja menugaskan kepada pegawainya agar menginformasikannya kepada rakyat, kegiatan ini adalah salah satu kegiatan PR namun belum ada istilah PR pada jaman dahulu.
    Seorang Raja Perempuan yang bernama Simo memerintah kelarjaan Kaling (th.674), menerapkan hukum yang sangat keras dan jujur. Pegawainya menginformasikan hukum2 tersebut kepada rakyat, sehingga rakyat tahu dan tidak ada yang berani melanggar.
    Sebuah Prasasti Mataram Kuno (th.732) yang bercerita tentang peringatan didirikannya lingga Lambang Siwa. Prasasti (th.760) milik Kerajaan Kanjuruhan menjelaskan tentang diresmikannya tempat pemujaan Dewa Agastya, acara tesebut sangat ramai dihadiri seluruh rakyat dan diresmikan oleh pendeta ahli Weda (agama siwa).
    Oleh :
    RETNO AYU WULANDARI
    0811223130
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  7. Kegiatan fungsi PR pada masa kerajaan di Indonesia dapat ditemui dalam beberapa aktivitas kerajaan di bawah ini.
    Antara lain adalah pada masa kerajaan banten Dapat kita lihat fungsi PR disini lebih berperan saat kerajaan Banten mulai melancarkan aksinya dalam memperluas wilayah kekuasaannya untuk menduduki wilayah-wilayah pelabuhan penting di Jawa Barat dan beberapa daerah di Sumatera, hingga akhirnya Banten menjadi sangat ramai untuk perdagangan dan menjadi sangat diminati oleh bangsa-bangsa seperti Arab, Cina, India, Portugis dan bahkan Belanda hingga dianggap menjadi sebagai pusat perdagangan penting. Dan hal ini dapat terwujud melalui fungsi-fungsi PR yang telah kita ketahui sebelumnya, antara lain adalah fungsi PR dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik yang sifatnya dalam hal ini adalah persuasif. Dan pada aktivias kerajaan Gowa Tallo kita dapat melihatnya melalui Adanya hukum pelayaran dan perdagangan pada kerajaan ini yang sering disebut dengan Ade’ Aloping Loping Bicaranna Pabbalue (ket : artinya apa) telah dibuat untuk mengkomunikasikan kebijakan kepada para rakyat dan kepada para peminat asing dalam mengatur sistem perniagaan yang ada pada kerajaan ini, sehingga sistem perdagangan yang berjalan di kerajaan ini mengalami kemajuan pesat dan keteraturan. Dan hal ini merupakan salah satu bukti akan adanya fungsi-fungsi PR yang berperan dalam mengkomunikasikan kebijakan kerajaan kepada pihak-pihak tertentu yang bersangkutan.
    Sedangkan pada masa kerajaan Samudra Pasai kita dapat melihatnya pada masa kepemimpinan Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II, kerajaan Islam ini megalami perkembangan pesat dan berhasil menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun di Arab. Hasil jalinan hubungan antara kerajaan Samudra Pasai dengan kerajaan-kerajaan Islam di India dan Arab tentu tidak lepas dari peranan fungsi PR dalam membina hubungan harmonis antara badan dengan publiknya. Dimana dalam hal ini Samudra Pasai berperan sebagai badan yang menjalin hubungan harmonis dengan publik eksternalnya, yaitu dengan pihak kerajaan India dan Arab dalam kehidupan politiknya. Selain itu sultan juga sering mengadakan musyawarah terbuka dengan rakyatnya, dan juga bertukar pikiran dengan para ulama sehingga hubungan antara sultan dengan rakyatnya terjalin dengan baik. Melihat hal ini tentu kita tahu bahwa aktivitas PR telah berlangsung dalam aktivitas kerajaan ini, sebagaimana fungsi PR itu sendiri antara lain adalah membina hubungan yang harmonis antara badan dengan publiknya, menciptakan komunikasi dua arah yang berkaitan dengan opini-opini dan keinginan-keinginan publik, baik publik ekternal maupun publik internalnya. Dan untuk masa awal kerajaan kita dapat melihat fenomena PR melalui moment penting pada tanggal 19 September 1945, rapat raksasa di Lapangan Ikada menjadi momen penting untuk pertama kalinya dimana presiden Soekarno saat itu menyampaikan pidato singkatnya kepada rakyat. Yang mana jika hal ini dapat ditelaah lebih jauh maka akan terdapat fungsi-fungsi PR yang berperan dalam momen rapat raksasa ini, yaitu fungsi PR dalam membina hubungan baik dan menciptakan komunikasi dua arah serta fungsi PR dalam mengkomunikasikan suatu kebijakaan dari suatu badan kepada para publik internal dan eksternalnya.
    Oleh :
    Nikita Widjayanti. F
    0811220120
    D-IK-2
    Jurusan Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang
    2009

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Istilah Public Relations yang di Indonesia secara umum diterjemahkan menjadi Hubungan Masyarakat, sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah tamapk sejak abad-abad sebelumnya, bahkan sejak manusia masih primitif. Unsur-unsur dasarnya –memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikan khalayak—selalu tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu. Gejala tersebut terlihat pada adanya hubungan yang harmonis diantara individu-individu, individu dengan kelompok, ataupun antar kelompok, di dalam pergaulan mereka.
    Harmonis dalam arti adanya saling pengertian dan persesuaian antara kedua belah pihak, satu sama lain saling memberikan keuntungan dan merasa senang. Hanya saja pada waktu itu orang belum menemukan istilah (public relations) yang cocok untuk melukiskan kegiatan dimaksud. Padahal apa yang dilakukan Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu, dalam rangka menyambut Mark Anthony di tepi sungai Nil, sebenarnya merupakan kegiatan PR (Griswold dalam Kustadi Suhandang, 2004).

    PR pada Zaman Kerajaan
    Pada zaman kerajaan, PR belum diresmikan namun ada beberapa fenomena-fenomena yang ada. Salah satu kegiatan yang dilakukan PR jaman kerajaan kuno di Indonesia adalah menyebar sayembara. Berbagai macam, mulai dari sayembara mencari calon suami untuk anak gadis raja, sayembara untuk menyembuhkan penyakit, bahkan sayembara adu kuat ilmu. PR di zaman kerajaan juga dibuktikan dengan adanya prasati-prasasti kerajaan. Misalnya pada kerajaan Kutai ditemukan prasasti Yupa. Informasi yang diperoleh dari Yupa atau yang disebut juga prasasti tugu, adalah kutai mengadakan upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Ada juga, terjadinya perkawinan antara Raden Wijaya yang merupakan Raja dari kerajaan Majapahit dengan keempat putri dari Raja Kertanegara yang sebagai Raja Kerajaan Singosari. Pernikahan ini ditujukan untuk menjalin hubungan baik antara dua kerajaan yaitu Singosari dan Majapahit. Kisah ini ditemukan pada Prasasti Sukamerta dan Prasasti Balawi.

    PR pada Zaman Awal Kemerdekaan
    Pada awal kemerdekaan, ketika merumuskan konstitusi, ada banyak jurnalis atau wartawan yang menunggu kelanjutan peristiwa setelah proklamasi kemerdekaan sehari sebelumnya. Akhirnya pertemuan itu ditunda untuk memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan kepada para jurnalis yang ada. Itu, fase media relations yang penting. Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri.
    Setelah perang kemerdekaan, tepatnya tahun 1954, Garuda Indonesian Airways mulai mengembangkan unit PR. Di tahun 1955, Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit PR. Kemudian diikuti oleh RRI. Sekalipun demikian, beberapa angkatan bersenjata juga memiliki unit informasi yang dibawa kontrol presiden waktu itu. Di tahun 60-an, istilah ”purel” sebagai akronim public relations makin populer digunakan ketimbang term kehumasan.
    Ternyata, orientasi PR di Indonesia pada periode pertama, secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis, karena dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.

    Oleh :
    ORYZA DEWI VIRGANTARI
    0811220030
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  10. Fenomena PR pada masa kerajaan
    Periode Pra-kemerdekaan. Dari beberapa catatan sejarah, kehancuran kerajaan-kerajaan besar di Indonesia disebabkan perilaku korup sebagian besar tokoh elite (pentholan) bangsa pada saat itu. Sebut saja Sriwijaya yang hancur karena tidak ada penerus setelah mangkatnya raja Bala Putra Dewa dan Majapahit hancur karena perang saudara (paregreg) setelah mangkatnya Maha Patih Gajah Mada. Sedangkan kerajaan Mataram di Jawa Tengah, "loyo" dan semakin melemah karena ditekan dengan politik pecah belah serta adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang membelah dua wilayah Mataram menjadi kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Fokus penelitian sejarah kebanyakan bercerita pada aspek politik, bukan ekonomi seperti usaha memperkaya diri sendiri dan kerabat kaum bangsawan sehingga merugikan keuangan negara.
    Masa penjajahan Belanda yang berlangsung 350 tahun juga ikut andil dalam membentuk budaya korupsi. Buku History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat "nrimo" atau pasrah pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai orang lain, tidak terus terang, menyembunyikan persoalan dan oportunis. Bangsawan Jawa gemar menumpuk harta, memelihara abdi dalem untuk kepuasan karena diharapkan memberi sanjungan. Budaya Jawa yang demikian akhirnya menimbulkan budaya korup. Bahkan pegawai VOC yang bergaji relatif kecil pada saat itu juga menyebabkan suburnya budaya korupsi. Pada tahun 1799 asosiasi dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) dipelsetkan menjadi Verhaan Onder Corruptie, runtuh lantaran korupsi.

    Fenomena PR pada masa kemerdekaan
    Pada masa kepemimpinan Soekarno, korupsi tetap merajalela meskipun negara RI baru terbentuk dan belum stabil. Pada masa tersebut ada dua badan dibentuk untuk pemberantasan korupsi; PARAN (Panitia Retooling Aparatur Negara) dan Operasi Budhi. Paran mengalami kebuntuan, karena semua pejabat tinggi berlindung di ketiak presiden. Kemudian tahun 1963 dikeluarkan Kepres no. 275 tahun 1963 dikenal dengan nama Operasi Budhi (OB). Dalam waktu 3 bulan OB berhasil menyelamatkan uang negara sebesar Rp. 11 miliar, untuk ukuran waktu itu begitu fantastis. Operasi ini pun akhirnya gagal, karena dianggap nyerempet-nyerempet presiden. Misalnya untuk menghindari pemeriksaan, Dirut Pertamina minta ijin kepada presiden untuk ke luar negeri, sementara direksi yang lain menolak diperiksa dengan alasan belum ada ijin atasan.




    Oleh :
    PRADANI ANINDITA
    0811223122
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  11. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.

    Kertanegara terus memperluas pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Singasari. Pada 1275 ia mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya sekaligus menjalin persekutuan dengan Kerajaan Campa (Kamboja). Ekspedisi pengiriman pasukan itu dikenal dengan nama Pamalayu. Kertanegara berhasil memperluas pengaruhnya di Campa melalui perkawinan antara raja Campa dan adik perempuannya. Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Sunda (Jawa Barat), Madura, Bali, dan Gurun (Maluku).

    Pasukan Pamalayu dipersiapkan Kertanegara untuk menghadapi serangan kaisar Mongol, Kubilai Khan, yang berkuasa di Cina. Utusan Kubilai Khan beberapa kali datang ke Singasari untuk meminta Kertanegara tunduk di bawah Kubilai Khan. Apabila menolak maka Singasari akan diserang. Permintaan ini menimbulkan kemarahan Kertanegara dengan melukai utusan khusus Kubilai Khan, Meng Ki, pada 1289. Kertanegara menyadari tindakannya ini akan dibalas oleh pasukan Mongol. la kemudian memperkuat pasukannya di Sumatera. Pada 1293 pasukan Mongol menyerang Kerajaan Singasari. Namun Kertanegara telah dibunuh oleh raja Kediri, Jayakatwang, setahun sebelumnya. Singasari kemudian dikuasai oleh Jayakatwang.

    Dari cerita di atas dapat kita lihat bahwa banyak strategi – strategi yang sama dengan public relation. Tapi mungkin dulu peluasan pengaruh dengan cara berperang hingga mengalahkan pesaing. Kertanegara harus memperhatikan semua kejadian yang terjadi pada kerajaannya. Hal ini terlihat pada gagalnya serangan dari mongol karena sudah diprediksikan oleh raja kertanegara


    Public relation setelah kemerdekaan


    Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh.
    prasetyo wahyu djatmiko
    0811220127
    d-ik-2

    BalasHapus
  12. PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS
    Zaman Kerajaan-Awal kemerdekaan

    I. Zaman Kerajaan
    Istilah public relation (PR) pada zaman kerajaan di Indonesia tentunya belum begitu popouler atau bahkan tidak ada. Namun bila ditelaah sesuai sejarah kerajaan, fungsi PR yang di antaranya menciptakan komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya, dalam hal ini adalah kerajaan di mata masyrakat luas, tentunya orang yang mempunyai fungsi mirip dengan PR tersebut dan mungkin bisa dikategorikan sebagai PR.

    Patih Gajah Mada
    Di dalam suatu kerajaan, pastilah terdapat penguasa yang biasa disebut raja. Seorang raja tentunya mempunyai seorang pendamping yang mempunyai peran sebagai penasehatnya, terutama dalam hal hubungan dia sebagai raja dengan publik di luar kerajaan seperti kerajaan-kerajaan lain.
    Dicontohkan di pulau Jawa, terdapat nama-nama patih, seperti yang terkenal yakni Patih Gajah Mada yang berkuasa mulai tahun 1334 pada masa kerajaan Majapahit di bawah kendali Prabu Hayam Wuruk. Pengalamannya menjadi patih sudah tidak diragukan lagi. Tercatat dalam sejarah, dia mengawali karirnya ketika menjadi Patih Kahuripan (1319) yang diangkat oleh Prabu Jayanagara (1309-1328) karena jasanya mengatasi Pemberontakan Ra Kuti. Pada 1321, Gajah Mada diangkat menjadi patih Kediri karena jasanya menaklukkan Keta dan Sadeng.
    Mungkin itulah nilai-nilai PR dapat dilihat dari jasanya dalam mempersatukan nusantara seperti yang disebutkan dalam sumpah ”Palapa”-nya. Di sini dapat diartikan sebagai usaha Patih Gajah Mada dalam memperkuat hubungan Kerajaan Majapahit dengan pulau-pulau lain di Indonesia sehingga Majapahit pada waktu itu telah menguasai pulau-pulau seperti Bedahulu (Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra). Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.
    Di zaman Prabu Hayam Wuruk (1350-1389), Patih Gajah Mada mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo. Dengan keadaan seperti ini, sudah pasti membuat citra Majapahit di mata kerajaan-kerajaan lain sangatlah disegani oleh karena peran seorang Gajah Mada.

    Penyebaran Islam
    Nilai-nilai PR juga tersirat dari perkembangan Islam ke Indonesia yakni pada abad 7 masehi. Para da’i yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) da’wah mulai merambah di pesisir-pesisir Indonesia. Hingga pada abad 13 Masehi terdapatlah Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan da’wah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan da’wah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran seperti perdagangan, pernikahan, pesantren, seni dan budaya, dan tassawuf.
    Pada masa itu para wali dengan segala strategi Islam berusaha untuk menyiarkan agama Islam dengan segala kemampuannya dengan kepandaiannya berkomunikasi (berdakwah) sehingga Islam cepat tersebar pada waktu itu dan diterima masyarakat.

    II. Awal Kemerdekaan
    Public relation (PR) di Indonesia baru populer pada tahun 1950-an yakni setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda (27 Desember 1949), ketika Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah memerlukan adanya badan atau lembaga yakni Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga tidak menyeluruh.
               Kemudian pada tahun 1962, Presidium Kabinet PM Juanda menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
       Selanjutnya, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Kata “Humas” (Hubungan Masyarakat) yang dipergunakan merupakan terjemahan dari Public Relations. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Humas itu hanya  mengadakan hubungan dengan masyarakat di luar organisasi, misalnya mengundang wartawan untuk jumpa pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations.
    Berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni di mana PR seharusnya mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
    Hal-hal di atas disebabkan karena beberapa konsep. Sasaran PR adalah publik intern dan  publik ekstern. Publik intern adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga direktur. Publik ekstern ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya seperti pemerintah, berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas. Kegiatan PR adalah komunikasi dua arah yang berarti dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
               Di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam manajemen tertinggi.
                Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
    Pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tugas badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
               
    Sumber:
    Anonim. Sejarah Public Relation di Indonesia. 2008. dikutip dari http: //alwayskantry009.wordpress.com/

    Kamal, Mustadfa. 2009. Sejarah Islam Di Indonesia. Dikutip dari http://pks-

    Nama : Muhammad Advin H
    NIM : 0811220117
    Kelas : D-IK-2

    BalasHapus
  13. SEJARAH PR DI INDONESIA SEMENJAK MASA KERAJAAN – AWAL KEMERDEKAAN

    Istilah Public Relations di Indonesia sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah tampak sejak abad-abad sebelumnya, bahkan sejak manusia masih primitif. Unsur-unsur dasarnya memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikan khalayak selalu tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dahulu. Gejala tersebut terlihat pada adanya hubungan yang harmonis diantara individu-individu, individu dengen kelompok, ataupun antar kelompok, di dalam pergaulan mereka.
    Harmonis dalam arti adanya saling pengertian dan persesuaian antara kedua belah fihak, satu sama lain saling memberikan keuntungan dan merasa senang. Hanya saja pada waktu itu orang belum menemukan istilah (public relations) yang cocok untuk melukiskan kegiatan dimaksud.

    Public Relations pada masa kerajaan
    Di Indonesia public relations muncul sebelum kedatangan Belanda. Contohnya, pada kerajaan Mataram, oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram yang menyebarkan informasi bahwa ia dan keturunannya akan menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul. Tujuan informasi ini untuk menyaingi pengaruh Adipati di Pesisir Pantai Utara Pulau Jawa yang kekuasannya direstui oleh Para Sunan atau Wali yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar.
    Fenomena public relations terjadi juga pada saat pasukan mongol menyerang kerajaan Singasari. Saat itu Pasukan Pamalayu dipersiapkan Kertanegara sebagai raja Singasari untuk menghadapi serangan kaisar Mongol, Kubilai Khan, yang berkuasa di Cina. Utusan Kubilai Khan beberapa kali datang ke Singasari untuk meminta Kertanegara tunduk di bawah Kubilai Khan. Apabila menolak maka Singasari akan diserang.
    Ini membuktikan bahwa public relations di Indonesia sudah mulai tumbuh pada masa kerajaan.



    Public Relations pada masa awal kemerdekaan
    Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi
    pada tahun 1962, dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
    Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “ Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
    Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations.
    Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu sendiri. Seperti, Pertama, Sasaran PR adalah public intern (internal publik ) dan public ekstern (Eksternal Publik). Internal Publik adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral manager. Eksternal Publik ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya. Seperti Kantor Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan relasi kerja sama.
    Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah( reciprocal two ways traffic communications). Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
    Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
    Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis memang, dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.
    Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat dikatakan sebagai “PR Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
    Terbukti di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ).
    Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.

    Nama :Rian Arif R
    NIM :(0811223131)
    Kelas : D-IK-2

    BalasHapus
  14. Fenomena PR pasa Masa Kerajaan


    Dalam perkembangannya Public Relation (PR) bisa di kaitkan dengan perkembangan manusia. Dan kegiatan PR telah ada atau berperan pada masa kerajaan di Indonesia walaupun PR sendiri baru berkembang di Indonesia pada tahun 1950-an. Berikut bukti bahwa PR telah berperan pada masa kerajaan :

    Kerajaan Majapahit
    Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina. Kesuksesan yang diraih oleh kerajaan Majapahit ini tidak lain kerena peran PR handal yang dimiliki oleh kerajaan Majapahit.
    (http://macsman.wordpress.com/2008/10/11/sejarah-kerajaan-majapahit/)

    Kerajaan Mataram
    Kerajaan Mataram pada masa keemasannya dapat menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya termasuk Madura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti wilayah Matraman di Jakarta dan sistem persawahan di Karawang. Keberhasilan Kerajaan Mataram dalam mempersatukan Jawa dan sekitarnya, merupakan salah satu peran PR. Peran PR pada situasi tersebut adalah berusaha mencari jalan keluar yang bijaksana agar Jawa dan sekitarnya bisa diperatukan dan bisa hidup berdampingan.
    (http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram_II)


    Kerjaan Sriwijaya
    Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Pendirian atau pembuatan prasasti tersebut juga berkat peran PR dalam suatu kerajaan, dimana dengan adanya prasati itu nantinya bisa digunakan sebagai sumber informasi bahwa ada kerajaan Singosari pada tahun 1255 silam.
    http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari

    Kerajaan Kutai
    Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda. Dalam perjanjian itu PR turut serta mengambil tindakan sehingga keputusan terakhir adalah menyetujui perjanjian dengan Belanda.
    (http://www.dongengkakrico.com/index.php?view=article&catid=56%3Akumpulan-kisah-kerajaan-nusantara&id=411%3Asejarah-kerajaan-kutai-ing-martadipura&option=com_content&Itemid=93)

    Kerajaan Kanjuruhan
    Salah satu isi dari prasasti Dinoyo adalah “ bahwa Raja Gajayana dicintai para brahman dan rakyatnya karena membawa ketentraman di seluruh negeri “. dalm prasasti itu, jelas bahwa pencitraan dari raja Gajayana itu adalah raja yang baik dan bijaksana dalam memimpin kerajaannya. Hal ini juga tidak lepas dari peran PR
    (http://wiedjaya.wordpress.com/2008/05/05/sejarah-kerajaan-awal-di-pulau-jawa/)

    Kerajaan Tarumanegara
    “Sri Purnawarman adalah seorang pemimpin yang tiada taranya. Baginda terkenal gagah berani, jujur dan setia menjalankan tugas. Baginda memerintah di Tarumanegara. Baginda memakai Warman, baju Zirah yang tak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah sepasang kaki. baginda selalu berhasil menggempur kota – kota musuh. Baginda hormat kepada para pangeran. Namun baginda sangat di takuti oleh musuh – musuh baginda”. Salah satu isi dari prasasti Ciaruteun. Peran PR di sini adalah membantu sang raja untuk menjadi sosok seperti itu dengan mencitrakannya sehingga menjadi demikian adanya.
    (http://anakciremai.blogspot.com/2008/06/makalah-sejarah-tentang-tarumanegara.html)





    Kerajaan Kalingga
    Pemimpin kerajaan kalingga yaitu Ratu Shima yang mengeluarkan aturan bahwa barang siapa yang mencuri akan di potong tangannya. Hal ini membuktikan bahwa PR membantu pemimpin dalam mengeluarkan suatu kebijakan yang nantinya akan dapat menciptakan keamanan kerajaan.
    (http://www.indonesiaindonesia.com/f/4022-kerajaan-kalingga/)
    Adanya bukti-bukti peninggalan dari kerajaan-kerajaan diatas tidak lepas dari peran PR. Seperti di bangunnya candi-candi dan prasasti-prasasti. Peran PR pada masa kerajaan-kerajaan diatas telah menunjukkan bahwa PR pada saat itu telah ada dan dipergunakan dalam berbagai hal untuk menjadikan kerajaan itu berjaya dengan citra yang baik dimata rakyat yang dipimpinnya.


    PUJI WIYANTI
    NIM : 0811220128
    D-IK-2
    JURUSAN KOMUNIKASI
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  15. A. Sejarah Public Relations Zaman Kerajaan
    Fenomena-fenomena Public Relations sebenarnya mulai tumbuh dalam akar-akar budaya masyarakat Indonesia jauh sebelum lembaga Public Relation itu sendiri berdiri. Berbagai unsure dalam definisi PR akan ikut melengkapi fenomena-fenomena terkait sehingga menjadi suatu bukti bahwa aktivitas public relations sebenarnya telah tumbuh sebagai bentuk penyeimbang kebutuhan suatu bangsa.
    Aktivitas yang dilakukan masih dalam bentuk penyajian yang sederhana, namun kegiatan yang dilakukan telah memenuhi aktvitas seorang public relatios. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
    1. Pembentukan Image Raja terhadap tamu agung
    Public Relations dipandang sebagai suatu pembangunan image raja-raja terhadap para tamunya. Kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia sejak kerajaan Hindu-Buddha sampai pada masa kerajaan Islam berusaha membentuk opini public terhadap kerajaan yang dipimpinnya. Seorang raja akan membuat pesta yang besar ataupun penyambutan yang meriah jika ada tamu-tamu penting. Hal ini tidak terlepas dari fungsi PR yaitu membentuk opini public secara menyeluruh walaupun terbatas pada pihak-pihak eksternal. Penyambutan akhirnya menjadi sebuah upacara kerajaan yang sifatnya mutlak sebagai perintah raja yang saat itu merupakan keharusan yang tidak bisa ditolak atau dilanggar oleh siapapun. Misalnya dalam kerajaan Islam, penyambutan diiringi dengan music hadrah yang berisi ungkapan selamat datang dan shalawat-shalawat nabi

    2. Pembangunan Manuskrip Kerajaan
    Gaya Arsitektur pada masa kerajaan menjadi sebuah tolak ukur suatu perkembangan kebudayaan. suatu dinasti akan berusaha memunculkan suatu icon kebudayaan yang mereka punya sebagai bahan perbandingan terhadap kebudayaan kerajaan lain sehingga dapat dikenal sebagai peradaban yang lebih baik dari kerajaan lain. Manuskrip kerajaan yang berusaha dimunculkan adalah sebuah icon kebudayaan yang mempunyai cirri khas sendiri dan berbeda dengan kebudayaan sebelumnya, biasanya dalam bentuk bangunan super megah dan fantastis yang disertai dengan karya seni maha tinggi. Misalnya, kerajaan Hindu-Buddha pada masa kekuasaan dinasti syailendra yang membangun manuskrip Borobudur sebagai icon kebudayaannya.


    3. Pencatatan Bukti-bukti Sejarah melalui sastra
    Hasil sastra berupa cerita kesatria, mistis dan penuh perjuangan merupakan suatu kegiatan pembentukan image kerajaan yang tokoh utamanya biasanya adalah raja-raja yang berkuasa. Cerita yang dimunculkan meliputi Kegiatan-kegiatan sang Raja selama memimpin, peperangan yang dilalui oleh Raja dan berbagai macam kebijakannya selama memerintah atau bisa saja kekuatan maupun ilmu kanuragan yang dimiliki sang Raja. Pencatatan yang dilakukan bisa dalam bentuk kitab maupun prasasti. Misalnya kitab negarakertagama yang menceritakan perjalanan kerajaan Majapahit saat diperintah oleh Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada dengan semboyan perjuangannya menyatukan nusantara, semuanya tertulis jelas dalam kitab negarakertagama.
    Pencatatan bukti sejarah dapat juga dilukiskan dalam penulisan prasasti-prasasti yang menggambarkan sebuah kejayaan bahwa saat itu terjadi peradaban. Misalnya prasasti ciaterum.
    4. Sayembara
    Merupakan sebuah kegiatan kompetisi untuk mendapatkan hadiah dari sang Raja. Kegiatan ini selain ditujukan sebagai hiburan juga menjadi aktivitas membangun pendapat public terhadap Raja.
    Setelah mendapatkan pemenangnya seorang Raja harus mampu memberikan hadiah yang sudah disepakati sebelumnya. Sayembara biasanya berupa unjuk kekuatan para kesatria. Hadiah yang ditawarkanpun bervariasi. Baik itu emas, kekuasaan maupun mempersunting putri Raja. Misalnya lutung kasarung yang mengikuti sayembara berupa sabung ayam dan kemudian mendapatkan hadiah emas.

    B. Public Relations Zaman Awal Kemerdekaan
    Public Relations pertama dikenalkan oleh para bapak pendiri republik ini. Perjuangan menyatukan suara rakyat untuk bersama-sama menuju kemerdekaan yang hakiki. Contoh misalnya ketika sosok bung karno berbicara di depan public. Dia berusaha membentuk opini public untuk sadar dan menumbuhkan sikap positif berupa rasa nasionalis yang tinggi terhadap pembentukan NKRI. Bukan hanya sebatas itu tetapi beberapa tokoh muda lainnya telah menyerukan sikap-sikap bangsa Indonesia pada dunia luar. Contohnya adalah tokoh nasionalis controversial Tan Malaka dengan brosur yang diterbitkannya di Canton pada 1924 yaitu Naar Repoeblik Indonesia ( Menuju Republik Indonesia), beliau berusaha mengenalkan Indonesia sebagai Negara yang akan menuju pada kemerdekaan walaupun dia harus dikejar-kejar oleh para Intel kerajaan Hindia Belanda. Beberapa bentuk gerakan ini telah memenuhi salah satu unsure dari PR yaitu Menghasilkan perubahan khusus dalam hal kesadaran, pendapat, sikap dan perilaku di dalam dan di luar.
    Awal muncul sebagai bentuk badan baru terjadi pada tahun 1962. Hal ini berdasarkan instruksi PM Juanda untuk membentuk badan Humas di setiap instansi-instansi pemerintah. Namun, definisi Perhumasan (PR) pada masa ini masih terbatas pada hubungan dengan public di luar organisasi yaitu sebatas dalam mengadakan press release dengan mengundang para wartawan. Sehingga menurut tahapan pengembangan Public Relations oleh Otis Baskin digolongkan dalam tahap manipulasi yang terbatas pada propaganda politis.
    Namun setelah berlangsung selama lima tahun, tepatnya tahun 1967, mulai terbentuk suatu badan perhumasan yang sisebut dengan Bakohumas ( Badan Koordinasi Kehumasan) yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya pembinaan profesi kehumasan di Indonesia.

    Nawwaf Abdillah
    NIM :0811220027
    D-IK-2

    BalasHapus
  16. Sejarah Public Relations
    di Indonesia


    Public Relations (PR) masih tergolong baru bagi masyarakat Indonesia. Public Relations sendiri masih tergolong pada ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, politik, komunikasi, dan hubungan internasional. Akan tetapi bagi kebanyakan orang, Public Relations lebih terkait pada bidang ilmu komunikasi.

    Bagi sebagian orang yang belum mengenal Public Relations, mereka menyebut Public Relations sebagai hubungan masyarakat (humas). Public Relations yang diartikan menjadi humas mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of communication (Abdurrahman, 1993: 10).

    Di Indonesia sendiri PR sudah ada pada zaman kerajaan. Ini bisa terlihat dari hubungan hubungan dagang yang dilakukan kerajaan-kerajaan Indonesia kepada negara-negara tetangga. Contoh lainnya dapat kita dapatkan pada kerajaan majapahit. Gajahmada merupakan tokoh yang cerdas dan gagah berani. Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja. Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri kerajaan. Gajahmada juga dikenal karena Sumpah Palapa-nya. Dengan perannya itu juga majapahit berada pada masa kejayaan. Pada masa kesultanan Demak juga terdapat fenomena PR. Demak merupakan kesultanan Islam pertama yang di Indonesia. Berdirinya Demak merupakan cikal bakal berkembangnya Islam di Indonesia. Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo.

    Setelah kemerdekaan, indonesia mulai didatangi beragam perusahaan minyak antara lain Shell, Stanvac, dan Caltex. Dan pada tahun 1950-an S. Maimoen, R. Iman Sajono dan Soedarso yang berlatar belakang dari kalangan jurnalistik menjadi PR pertama pada perusahaan multinasional tersebut.

    Tahun 1954,Garuda Indonesian Airways juga mulai mengembangkan PR. Dan pada tahun 1955 Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki PR yang kemudian diikuti pula oleh RRI (Radio Republik Indonesia). Di tahun 1960-an istilah ”purel” sebagai akronim dari PR semakin populer dan menggeser istilah humas.

    Tahun 1962, merupakan awal pembentukan Humas secara resmi melalui Presidium Kabinet perdana Menteri Juanda. Pada tahun 1972 PT Insocre Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan tercatat sebagai Konsultan PR pertama yang berdiri di Indonesia. Dan pada tahun ini pula, muncul Public Relations kalangan profesional pada lembaga swasta umum yang ditandai dengan didirikannya suatu wadah profesi Humas yaitu, perhumas pada tanggal 15 Desember 1972. Pendirinya adalah Wardiman Djojonegoro, Marah Joenoes,Nana Sutresna, M Alwi, Dahlan, Feisal Tamim,Wisaksono Noerhadi, Imam Sarjono, dan di ketuai oleh Marah Joenoes.

    Tahun 1974, PR dalam lembaga pemerintah sudah mulai depegang pejabat eselon III. Dan yang beberapa tahun kemudian diambil kendali oleh pejabat eselon II. Karena itu di tahun 1974 berdiri Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) yang dipimpin Direktur Humas Pembangunan Menteri Penerangan.

    Pada tanggal 26 Oktober 1977 di Kuala Lumpur, Perhumas bersama Asosiasi Humas negara-negara ASEAN lainnya bergabung dalam Federasi Organisasi PR ASEAN dan menggelar Kongres PR ASEAN pertama pada tahun 1978 di Manila.

    Dan pada tanggal 10 April 1987, Di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi Humas yg disebut APPRI ( Assosiasi Perusahaan Public relation Independen ) yangg merupakan suatu wadah profesi berbentuk organisasi dari perusahaan independent yang bertujuan :
    a. Mewujudkan fungsi PR yang jujur, bertanggung jawab sesuai dengan kode etik.
    b. Memberi Informasi terhadap klien bahwa APPRI memberi Nasihat dalam PR.
    c. Mengembangkan kepercayaan umum atas PR.

    Seiring dengan perkembangan zaman, PR terus mengalami perkembangan. Dan Universitas Padjajaran (UNPAD) adalah Universitas pertama yang membuka Fakultas Public Relations (PR). Pada saat itu Ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu banyak berkembang pendidikan PR dalam bentuk program studi (prodi) hungga pada tingkat diploma.

    Para PR bekerja dengan menggunakan berbagai macam peralatan dan teknolgi yang dapat membantu mereka menciptakan, menyampaikan dan membawa komunikasi mereka dengan efisien dan efektif. Peralatan yang sering digunakan itu sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun 1900-an. Peralatan tersebut diantara lain News Release, Pitch Letters, dan Press kits. News Release digunakan untuk menyampaikan berita dan informasi yang bersifat umum untuk para editor dan reporter. Pitch Letter digunakan untuk mengulas secara lebih luas tentang suatu keterangan tertentu. Dan Press Kit biasanya termasuk cover surat dan news release yang meliputi informasi mengenai apa yang telah dipromosikan. Misalnya produk, brosur, business card, dll.

    Oleh:
    Reggy Yudha Ananta
    0811223128
    D-IK-2

    BalasHapus
  17. PERKEMBANGAN PUBLIK RELATIONS PADA MASA KERAJAAN DAN AWAL KEMERDEKAAN.
    • PR pada masa kerajaan di Indonesia.
    PR di Indonesia berkembang mulai dari zaman kerajaan Hindu-Buddha, yang mempunyai hubungan dagang dengan negara-negara lain di dunia seperti India, Cina dan Arab. Hubungan dagang ini memberi pengaruh terhadap masyarakat kala itu, yaitu masuknya ajaran agama, kebudayaan dan sistem pemerintahan. Hubungan dagang ini membuktikan bahwa pada saat itu telah ada PR yang memperkenalkan Indonesia kepada negara-negara lain. Selain itu PR masa kerajaan juga dibuktikan dengan adanya benda-benda peninggalan sejarah berupa prasasti dan ukiran-ukiran pada dinding candi (relief) yang berusaha menceritakan kerajaan waktu itu. Dan itu membuktikan bahwa pada zaman kerajaan sudah ada pencitraan tentang suatu kerajaan yang dituliskan melalui gambar-gambar. Selain gambar biasanya pencitraan juga dituangkan melalui syair dan tarian. Salah satu contoh dari PR masa kerajaan adalah pada masa kerajaan majapahit. PR pada masa kerajaan dapat disebut sebagai juru bicara kerajaan atau patih, yang bertugas menjadi informan dari raja kepada rakyat maupun dari kerajaan ke kerajaa lain. Biasanya informasi itu berupa undangan-undangan kerajaan, hal-hal penting yang terjadi dalam kerajaan, titah dari raja, dsb. Pada masa kerajaan majapahit ini yang berperan sebagai PR adalah Patih Gajahmada yang dalam sejarah dituliskan bahwa Patih Gajahmada ini membawa titah raja yang mengumumkan kepada semua kerajaan di seluruh Indonesia tentang Sumpah Palawa. Selain itu seorang patih juga berperan menyebarkan pencitraan yang baik tenntang kerajaannya, sehingga menimbulkan kesan bahwa patih itu orang kepercayaan raja.
    • PR pada awal kemerdekaan
    PR di Indonesia berkembang mulai tahun 1950 setelah kemerdekaan dapat direnggut dari tangan penjajah. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada saat itu disadari bahwa rakyat Indonesia perlu untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi setelah kemerdekaan. Sehingga terbentuklah hubungan masyarakat (Onong,1991;12) yaitu departemen pertama yang dibentuk adalah Departemen Penerang dengan Menteri Soedarpo Sastrosatomo. PR di Indonesia sendiri memiliki konsep yang berbeda dengan negara lain. PR pertama kali digunakan oleh pihak swasta yaitu PERTAMINA. PR oleh pihak pemerintah dan swasta pada konsepnya dipahami dan digunakan dengan berbagai macam pemahaman dan pemngimplementasiannya sendiri. Dari hari ke hari PR di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia dan ASIA.
    Tahun 1954, Garuda Indonesia Airways mulai mengembangkan PR.
    Tahun 1955, Mabes Polrio menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit PR. Lalu diikuti oleh RRI.
    Tahun 1960-an, muncul istilah “purel” sebagai akronim publik relations.
    Tahun 1962, Presidium kabinet PM Juanda menginstruksikan agar setiap instansi membentuk divisi humas (PR). Di tahun inilah cikal-bakal perkembangan PR dimulai.
    Tahun 1967-1971, terbentuk Badan koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS), yang bertujuan ikut serta dalam kegiataan pemerintah dan pembangunan, khususnya dibidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengambangan profesi kehumasan. Sejak tahun 1970 National Development Information Office mendukung pengelolaan PR pemerintah RI untuk dunia Internasional.
    Tahun 1972 dan 1987, muncul PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, lalu didirikan Perhumas (Public Relations Associations of Indonesia) 15 Desember 1972.
    Tahun 1993, Konvensi Humas di Bandung menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia (KEKI). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations (FAPRO). Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977, Perhumas bersama asosiasi humas di negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi Organisasi PR ASEAN dan menggelar Kongres PR Asean pertama di tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang dinamakan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Tahun 1995 hingga sekarang, PR berkembang sangat pesat. Ternyata perkembangan PR juga tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang industri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996. kemudian 11 November 2003, tercatat sebagai kelahiran PR Society Indonesia.
    Sumber : www.google.com

    Rara Royda
    0811223127
    (D-IK-2)
    Jurusan Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  18. Contoh-contoh aktivitas PR pada masa kerajaan antara lain:
    1. Aktivitas penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Wali Songo pada abad ke-17 merupakn contoh aktivitas PR yang bisa dikatakan sangat berhasil pada masanya.
    2. Raja Purnawarman yang pada tahun 417 memerintahkan penggalian sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak. Pasti ada seseorang yang bertugas menyampaikan hal ini kepada rakyat agar rakyat mengetahui dan ikut berpartisipasi dalam penggalian ini. Dan orang yang menyampaikan hal tersebut pada masa kini disebut sebagai seorang PR.
    3. Tahun 840 raja dinasti Syailendra yaitu Samaratungga menikahkan putrinya dengan pangeran dari dinasti Sanjaya. Paddahal kedua dinasti tersebut telah lama berseteru. Raja tentu saja mengutus seseorang untuk menjelaskan hal tersebut kepada seluruh rakyat kerajaan Mataram Lama.
    4. Pada abad ke-12 wilayah kerajaan Sriwijaya telah mencapai Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sri Lanka, jawa barat, Semenanjung Melayu, Maluku, philipina. Hal ini pasti tidak lepas dari peran seoarang PR.
    5. Pembangunan Candi Borobudur yang selesai pada tahun 825, pada saat seperti ini peran seorang PR sangat dibutuhkan karena pembangunan candi ini membutuhkan banyak bantuan tenaga sehingga rakyat harus dipimpin oleh seseorang untuk berpartisipasi..
    Reri Esti C.
    0811220032
    (D-IK-2)
    Jurusan Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  19. Perkembangan Public Relations di Indonesia


    Public Relations di Indonesia telah muncul sejak masa/zaman kerajaan, yang mana pada masa itu public relations diwadahi dalam bentuk sayembara-sayembara yang diadakan oleh kerajaan. Sayembara-sayembara kerajaan ini difungsikan untuk menyampaikan pesan atau menyampaikan suatu informasi dari pihak kerajaan kepada masyarakatnya. Dalam hal ini pihak kerajaan adalah sebagai internal public dan masyarakat tersebut sebagai eksternal public.
    Pada masa itu public relations yang ada tidak dapat dikatakan sebagai public relations yang benar-benar memiliki kualifikasi orientasi public relations yang sebenarnya. Karena pada saat itu masih sangat banyak konsep-konsep yang bersifat penting yang belum terealisasikan dalam pelaksanaannya, dan mengingat pada saat itu public relations masih merupakan bentuk awal dari cikal bakal perkembangannya dimasa mendatang.
    Public relations secara konsepsional di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun 1950-an, ketika pada waktu itu kedaulatan Indonesia baru saja di akui oleh kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 disaat Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakukan oleh pemerintah pusat.
    Pada waktu pemerintah secara gencar melakukan pembenahan struktural terhadap elemen-elemen Negara, pemerintah pada akhirnya membentuk suatu badan Departemen Penerangan yang hanya mempunyai kegiatan dalam ruang lingkup kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah saja. Sehingga fungsi badan tersebut dinilai tidak menyeluruh.
    Akibat hal tersebut presidium cabinet Juanda pada tahun 1962 memberikan perintah agar setiap instansi pemerintahan diharuskan membentuk bagian atau divisi Humas (PR). Dan pada saat itulah periode tersebut di anggap sebagai awal mula perkembangan Humas yang ada di Indonesia. Humas sendiri merupakan arti dari badan Public relations yang ada di Indonesia.
    Tetapi pada masa perkembangannya Humas di Indonesia hanya memiliki fungsi sebagai alat penghubung antara Internal public terhadap Eksternal Public, padahal seharusnya kegiatan PR sebagai komunikasi dua arah ( reciprocal two ways traffic communications ). Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi agar menjadi lebih baik. kenyataannya yang terjadi pada waktu itu Humas yang ada hanya sebagai badan yang menyebarkan press release ke massa media, dan hanya mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka tidak akan terjadi komunikasi dua arah, sehingga Humas di Indonesia pada saat itu tidak dapat dikatakan sebagai terjemahan public relations.
    Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
    Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam posisi top management.






    Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat dikatakan sebagai “PR Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
    Terbukti di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, pada perkembangan public relations di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat terbukti dengan munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ).
    Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan. Ini menunjukan bahwa dalam jangka waktu dari tahun ke tahun Public relations di Indonesia semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat.
    Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR melesat dengan sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh melalui kalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.

    Rakay Indramayapanna
    0811223053
    D-IK-2
    jurusan ilmu komunikasi
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  21. Public Relations di Indonesia dimulai sejak tahun1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya, PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Anantao dalam Public Relations In Asia an Anthology, Public Relations di Indonesia belum terlalu pesat perkembangannya. Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya.
    Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa Public Relations digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988. Kasus – kasus tersebut adalah kasus – kasus yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu. Sementara ini masih hangat di tahun 2000 an pada saat negara – negara di Asia terjadi krisis SARS, Hongkong dan Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata negaranya dengan menyewa seorang konsultan PR.
    Dari kasus – kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR adalah sebuah fungsi komunikasi yang terencana, tetapi memang kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini.
    Berbeda pada jaman sejarah. Pada jaman dahulu masyarakat belum mengenal secara spesifik public relation, namun mereka sudah menggunakan jasa ini dalam keadaan apapun. Misalnya pada jaman kerajaan mataram.
    Tahun 1619, VOC datang ke Jawa dan berhasil menguasai Batavia. VOC menjadi pesaing baru kekuasaan Mataram. Di wilayah timur, Surabaya merupakan pesaing utama Mataram. Surabaya telah menjalin hubungan mitra dagang dengan Sukadana di Kalimantan Barat. Surabaya juga telah berhasil menjalin hubungan dengan VOC.
    Pada tahun 1625 melalui serangan yang ke-6, Mataram baru berhasil menundukkan Surabaya, sementara itu kondisi politik luar Jawa, Kerajaan Banjarmasin bersaing dengan kerajaan Martapura. Ekspansi VOC di Maluku menjadi ancaman kerajaan Makasar, dan Palembang menjadi bawahan Banten. Perkembangan konstelasi politik yang rumit tersebut mengharuskan Mataram menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Jawa.
    Tindakan Sultan Agung tidak hanya didorong oleh maksud memperluas pengaruh agama Islam. Tetapi didorong pula oleh kepentingan politiknya. Dengan mengubah kalender Saka menjadi kalender Jawa yang berdasarkan sistem komariyah seperti kalender hijriyah, Sultan Agung bermaksud memusatkan kekuasaan agama kepada dirinya.
    Sejak keruntuhan kerajaan Majapahit, berdirilah kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagai raja yang bergelar Sultan Syah Alam Akbar. Sang prabu yang beragama Islam itu dinobatkan oleh Sunan Giri, seorang waliyullah yang tertua di Jawa. Bahkan dengan dalih pengamanan, Sunan Giri mengawali kerajaan Demak dengan memegang tampuk pimpinan selama 40 hari.
    Kewalian Sunan Giri sebagai pemimpin Islam tertinggi di pulau Jawa diakui sepenuhnya oleh masyarakat, bahkan pengaruhnya sampai di luar pulau Jawa. Pada tahun 1629 di jaman Sultan Agung, masih ada utusan Sunan Giri yang datang di pulau Hitu untuk melestarikan persahabatannya dengan rakyat di kepulauan Maluku itu.
    Pengaruh Sunan Giri itu diketahui oleh Sultan Agung. Meskipun demikian, pada waktu beliau naik tahta kerajaan Mataram, beliau tidak mohon restu kepada raja pendeta di Giri itu seperti halnya sultan-sultan terdahulu.Sultan Agung sejak bertahta selalu menghadapi pemberontakan - pemberontakan. Para adipati dan bupati di Jawa Timur sampai Blambangan yang berkiblat pada Sunan Giri, tidak mau tunduk kepada Sultan Agung. Maka, Sultan Agung adalah raja Jawa yang paling banyak mendapat lawan dengan berperang, termasuk dalam usahanya menyerang VOC Belanda di Jakarta pada tahun 1628 dan 1629.
    Dalam memimpin kerajaan Mataram dan menghadapi pemberon-takan-pemberontakan, Sultan Agung bersiasat mengupayakan agar kepercayaan rakyat terpusat penuh kepada dirinya. Usaha ini tidak saja dengan memenangkan perang dan menindas para pemberontak, tetapi juga meliputi kekuasaan di dalam agama Islam yang amat dipatuhinya. Sultan Agung menggalang kekuasaan mutlak agar kekuasaan keagamaan pun berpusat pada dirinya.
    Siasat itu dilancarkan dengan memerangi kewalian Giri yang diakui seluruh negeri sebagai pimpinan agama Islam tertinggi. Dengan bantuan Pangeran Pekik dari Surabaya dengan istrinya Ratu Pandansari yang adik Sultan Agung, tentara Giri dapat dikalahkan kemudian keluarganya diboyong ke Mataram (Asdi Dipojoyo, 1994:67).
    Tindak lanjut dari Sultan Agung dalam memusatkan kepercayaan rakyat kepada dirinya adalah dengan mengubah kalender di Jawa, disesuaikan dengan kalender Hijriyah. Ide raksasa itu didukung oleh para ulama dan abdi dalem, khususnya yang menguasai ilmu falak atau perbintangan. Maka diciptakanlah kalender Jawa yang disebut juga kalender Sultan Agung atau Anno Javanico.
    Dalam kondisi ini, para patih dari kerajaan mataram sangat berperan, terutama dalam berkembang pesatnya mataram. Walaupun Surabaya lebih dapat menjalankan peran PR dalam hal ini yaitu dengan sukadana di Kalimantan barat maupun dengan VOC, namun mataram tetap gigih dan gencat terhadap Surabaya, dan akhirnya Surabaya pun takluk dengan kerajaan mataram. Kerajaan dapat berkembang seperti itu karena adanya bantuan dan kecerdikan Sultan Agung di kerajaan mataram. Sehingga mataram dapat Berjaya, baik dalam menaklukan kerajaan – kerajaan kecil, Sultan Agung sangat memegang andil dalam hal ini. Ia mampu mengendalikan kerajaan mataram. Dalam mengembangkan atau menyebarkan agama islam, sunan giri berusaha mempengaruhi para rakyat, agar mau menganut agama Islam, dalam keadaan ini, masyarakat tidak dipaksa untuk menganut, namun dengan kesesuaian dan kepercayaan mereka. Sehingga peran PR disini, tidak memaksa, namun hanya mengajak sehingga orang yang melihat, atau yang mendengar dapat tahu, wawasannya dapat bertambah sesuai yang diberitakan oleh sang konsultan PR. Sesuai yang di ketahui dan dipelajari oleh sunan giri, tentang Islam, maka beliau sudah yakin dan sudah mantap untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia, sehingga agama Islam dapat diterima dengan baik di Negara Indonesia.
    Semakin lama fungsi PR semakin jelas, maksudnya bahwa semakin lama, masyarakat , atau orang – orang tau, bahwa fungsi PR sangat penting. Semakin lama PR semakin berkembang. Dari masa ke masa , dari jaman ke jaman. Hingga dalam perusahaan – perusahaan jaman sekarang pasti memiliki PR atau Humas, guna bertujuan untuk memajukan perusahaan mereka, dan mampu bertahan di dalam kondisi yang mungkin kritis, mampu bersaing dengan perusahaan lain . dan dapat mampu berkerjasama dengan khalayak.
    Dengan pesatnya perkembangan demokrasi, maupun majunya perkembangan industri, semuanya menyebabkan pergesaran-pergeseran atau kegoncangan-kegoncanagan hebat di bumi ini. Pergeseran tersebut mengakibatkan perubahan dan kemajuan yang luas, tidak saja dalam bidang perdagangan dan perniagaan, tetapi juga dalam lapangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan sebagainya.
    Sejalan dengan perkembangan tersebut, komunikasipun dituntut untuk lebih maju lagi sehingga kegiatan Public Relations pun semakin banyak dipergunakan, banyak dipelajari, dan diteliti. Public relations dari berbagai badan, perusahan, atau pun instansi-instansi dalam masyarakat mendapat tugas untuk senantiasa mengikuti dan menganalisa masalah-masalah yang timbul, baik dari dalam badan itu sendiri, maupun dari publiknya. Masalah-masalah yang timbul akibat adanya pergeseran-pergeseran dan kegoncangan-kegoncangan yang terjadi di dalam masyarakat. Pada tahun 1906, sebuah industri besar di Amerika meminta Ivy Lee untuk menjadi juru bicara dalam hubungan antara perusahaan dengan public dan badan-badan lainnya. Dari situ Lee memulai karirnya sebagai seorang publisist. Karena itu Ivy Lee dianggap sebagai pelopor Public relations Modern. Karena jasanya, dalam bidang Public Relations Ivy Lee disebut sebagai Father of Public Relations.

    Rini Suryana
    0811223056
    D-IK-2
    jurusan ilmu komunikasi
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  22. PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS DI INDONESIA

    Public Relations (PR) baru dikenal di Indonesia pada tahun 1950-an, tapi sesungguhnya kegiatan public relations di Indonesia sudah berlaku pada saat Indonesia masih terdiri atas kerajaan-kerajaan. Berawal dengan adanya sayembara yang digunakan pihak kerajaan untuk menginformasikan secara langsung kepada rakyat mengenai segala berita, instruksi maupun acara-acara yang diadakan oleh pihak kerajaan yang seringkali tidak dapat berhubungan langsung dengan rakyatnya. Walaupun kegiatan tersebut masih terbilang cukup sederhana, tapi secara tidak langsung kegiatan tersebut merupakan cikal bakal bertumbuhnya PR di Indonesia.
    Sejarah kerajaan di Indonesia bermula di abad ke-3, dimana ditandai dengan adanay hubungan dagang dengan Negara-negara tetangga seperti India,China dan wilayah Timur Tengah. Dengan adanya hal itu, maka para saudagar dari negara-negara tersebut membawa sebuah ajaran yang lama-kelamaan berkembang di Indonesia.
    Selain budaya negara lain, masuk juga beberapa agama yang dibawa oleh saudagar-saudagar yang berdagang di Indonesia. Seperti agama Hindu dan Budha yang mana keduanya adalah cikal bakalmunculnya kerajaan di Indonesia. Selain itu, mereka juga membawa pengaruh pada sistem pemerintahan di kerajaan Indonesia.
    Pada masa ini, Indonesia belum mengenal apa yang dinamakan Public Relation atau perhumasan yang diterapkan dalam kerajaan. Akan tetapi, secara langsung maupun tidak langsung, baik dari sistem kerajaan, raja, mentri, dan saudagar yang membawa pengaruh dari luar tersebut dapat menjadi seorang yang mempengaruhi satu sama lain.
    Public Relation pada masa kerajaan di Indonesia masih bersifat biasa, maksudnya tidak mempunyai tugas yang kompleks dan beragam. Yang pasti asal orang atau lembaga tersebut dapat mempengaruhi orang lain, itulah yang dinamakan PR. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
    • Tahun 300, telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
    • Tahun 400, ajaran Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia hasil dari para petinggi agama yang membawanya dari India atau Cina. Dapat dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam.
    • Tahun 671, seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa Sansekerta, kemudian ia singgah di Melayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
    • Tahun 692, salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara, Sunda, Jambi termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan Sriwijaya berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode permulaan. Sriwijaya dikenal juga sebagai kerajaan maritim.
    • Tahun 922, dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
    • Tahun 1292, musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Aceh dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
    • Tahun 1345-1346, musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.
    • Tahun 1350-1389, puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka sesuai dengan "sumpah Palapa" Gajah Mada yang ingin Nusantara bersatu.
    Dari banyaknya pendatang baru ke Indonesia, baik saudagar, Raja, maupun tokoh agama, itu merupkan suatu hubungan yang dapat mempengaruhi orang lain dan dalam hal ini adalah pihak Indonesia. Selain itu, besarnya suatu kepemimpinan seorang raja, dapat membuat segala perintah dan perkataannya dipatuhi dan diyakini orang lain sepeti kerajaan majapahit yang bias menguasai seluruh kepulauan Indonesia pada masa itu.
    Seperti yang telah disebutkan diawal tadi, perkembangan PR di Indonesia sendiri juga sebenarnya berawal dari dikenalnya PR pada tahun 1950-an. Pada saat itu Indonesia baru saja memindahkan ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta setelah Indonesia diakui kedaulatannya oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam proses perpindahan itulah dan juga serta adanya segala proses pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, maka pemerintah pun mulai menyadari pentingnya badan yang menjadi pedoman dalam mengetahui “Who we are, and what should we do first?”, dan pada akhirnya dibentuklah Departemen Penerangan yang sayangnya hanya mengacu pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah atau bisa dikatakan tidak menyeluruh.
    Periode pertama adanya Humas di Indonesia dimulai pada tahun 1962 dimana terdapat instruksi untuk membentuk divisi Humas (PR) di setiap instansi pemerintah melalui Presidium Kabinet Perdana Menteri Juanda. Dalam perkembangannya di Indonesia ternyata PR luput akan aspek dari PR itu sendiri. Pertama, sasaran PR adalah publik internal yaitu orang-orang yang berada atau tercakup dalam organisasi dan juga eksternal publik eksternal yaitu orang-orang yang berada di luar organisasi dan yang ada hubungannya. Dan yang kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah karena diharapkan dalam penyampaian informasinya akan dapat menghasilkan umpan balik.
    Sayangnya, “PR Sejati” belum tepat digunakan untuk menggambarkan orientasi PR di Indonesia, salah satunya karena berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh Bapak PR, Ivy L. Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam menyiapkan informasi secara bebas serta terbuka. Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.
    Namun di periode kedua perkembangan PR di Indonesia berjalan sangat pesat, karena didukung oleh adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan adanya pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ).
    Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.
    Hingga pada saat ini PR di Indonesia telah berkembang sesuai dengan pesatnya perkembangan di bidang teknologi. Hal ini dikarenakan oleh pada masa ini teknologi mempunyai perannya sebagai media dalam PR. Contohnya saja dalam periklanan, PR mulai merambah dalam kecanggihan teknologi untuk memperkuat segala aspek yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan pesan secara mudah, cepat, dan tepat dalam penerimaannya oleh masyarakat.


    Rahma Aprilia K.
    0811220131
    D-IK-2
    jurusan ilmu komunikasi
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  23. Public Relations sebenarnya telah ada sejak zaman kerajaan. Fungsi PR pada zaman kerajaan lebih banyak mencari informasi tentang kerajaan lain apakah kerajaan tersebut dapat di ajak untuk bekerjasama atau malah dapat membahayakan kerajannya sendiri, selain itu fungsi public relation yang lain juga nampak pada berbagai aktivitas pada masa lampau, seperti :
    1. Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India, hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. hubungan dagang ini membawa pengaruh besar dalam masyarakat terutamadengan masuknya ajaran Hindu dan Budha.
    2. Hindu dan budha telah berkembang di Indonesia terlihat dari kerajaan – kerajaan dan peninggalan – peninggalan pada masa itu berupa candi, patung dewa, seni ukir, dll.
    3. Telah dilakukan hubungan pelayaran niaga yang melintasi Cina, barang yang diperdagangkan yaitu kemenyan, kayu cendana, dan hasil kerajinan.
    4. Seorang pendeta Budha dari Cina bernama I-Tsing singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa sansekerta.
    5. Kerajaan sriwijaya berkembang menjadi besar dan menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab dan Cina. Barang yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah, emas, perak,dll.
    Namun Public Relations secara konsepsional baru dikenal di Indonesia pada tahun 1950-an, sesaat setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Pada saat itu Indonesia baru saja memindahkan ibu kota Negara dari Jogjakarta ke Jakarta. Awal perpindahan pusat kepemimpinan Negara tentu memerlukan proses pembenahan baik secara struktural maupun fungsional pada setiap elemen kenegaraan, baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Pemerintah mengganggap perlu adanya suatu badan atau lembaga untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan pertama. Pada saat itulah pemerintah membentuk departemen penerangan, namun tidak sesuai dengan yang diharapkan, departemen tersebut tidak bekerja secara menyeluruh melainkan hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah semata. Pada tahun 1962 Presidium Kabinet PM Juanda menginstruksikan kepada setiap instansi pemerintah agar membentuk divisi humas (PR).
    Aspek aspek dari public relations adalah sasarn PR adalah public internal dan eksternal. Public internal adalah orang – oramg yang berada dalam organisasi tersebut, mulai dari staff sampai jendral manajer. Sedangkan public eksternal adalah orang – orang yang berada di luar organisasi yang mempunyai hubungan dan yang diharapkan mempunyai hubungan dengan organisasi tersebut. Seperti kantor penyiaran, PR harus bias menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, berbagai macam perusahann, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, agar dapat membuat relasi kerja yang baik.
    Kegiatan PR merupakan komunikasi dua arah, dalam penyampaian informasi, PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik lagi. PR seharusnya mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam menyiapkan informasi secara bebas dan terbuka, namun di Indonesia PR belum banyak ditempatkan dalam top management. Pada kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepada kepala humas untuk mendampingi menghadapi public eksternal. Selain itu kegiatan banyak yang masih bersifat searah ke public eksternal saja.
    Seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi PR di Indonesia juga semakin maju. Pada tahun 1967 – 1971 berdirilah badan koordinasi kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain menikuti berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Pada tahun 1972 dan 1987 mulai bermunculan PR pada kalangan professional lembaga swasta umum, yaitu Perhumas (Public Relations Associations of Indonesia) pada tanggal 15 Desember 1972. Pada tanggal 10 April 1987 dibentuklah sutu wadah profesi PR di Jakarta yang dinamakan APPRI (asosiasi perusahaan public relations Indonesia) yang bergerak dalam konsultasi jasa kehumasan. Pada tahun 1993 konvensi humas di Bandung menetapkan kode etik kehumasan Indonesia (KEKI) dan perhumas tercatat sebagai anggota IPRA (international public relations associations) dan FAPRO (forum asean public pelations organizations).
    Mulai tahun 1995 sampai sekarang perkembangan PR sangat pesat. Perkembangan PR juga mulai tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus humas bidang industry pelayanan jasa. Ditandai dengan terbentuknya himpunan humas hotel berbintang pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya forum humas perbankan (forkamas) pada tanggal 13 September 1996).


    Saat ini rumusan fungsi PR dari Departmen Penerangan RI adalah :
    1. Melaksanakan hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal mengenai Departemen penerangan terhadap internal public yaitu karyawan.
    2. Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai departemen penerangan terhadap eksternal public yaitu masyarakat pada umumnya.
    3. Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan kehumasan sebagai medium penerangan.
    4. Menyelenggarakan koordinasi integrasi dan sinkronisasi serta kerjasama kegiatan hubungan masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.



    PUTRI NADIA FARISA
    0811220129
    D-IK-2
    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    2009

    BalasHapus
  24. *Public Relation jaman kerajaan
    sebenarna fenomena" PR sudah terjadi pada jaman kerajaan meskipun pada saat itu masih belum ada istilah public relation secara kelembagaan.
    misalna pada masa awal pemerintahan kerajaan majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya. disini, Raden Wijaya menjadi raja pertama di Majapahit dengan bantuan Singhasari dalam menggempur pasukan tiongkok yang saat itu telah memasuki daerah tuban dan sekitar surabaya untuk membalas penghinaan kertanegara terhadap kubilai khan. tujuan kedatangan pasukan tersebut dimanfaatkan oleh raden wijaya untuk mengajak serta tiongkok untuk bergabung dalam menyerang kediri hingga akhirna jayakatwang menyerah. bagaiman upaya raden wijaya agar pasukan tiongkok mau ikut serta menggabungkan kekuatanna inilah yang dapat dinilai sebagai kegiatan public relation karena pada akhirna tiongkok mau bergabung setelah melihat bagaimana kepandaian dan kekuatan raden wijaya. hal ini tidak terlepas dari upaya raden wijaya dalam mencitrakan dirinya dihadapan pasukan tiongkok.
    begitu juga pada kisah patih gajah mada yang dalam pengabdiannya terhadap majapahit melakukan sumpah palapa yaitu: ia tidak akan merasaka palapa, sebelum daerah seluruh nusantara ada dibawah kekuasaan majapahit atau bagi orang jawa dikenal dengan mutih. langkah pertama yang dilakukan oleh patih gajah mada adalah memimpin pasukannya untuk menaklukan bali di tahun 1343 bersama adityawarman. adityawarman dulunya ditempatkan di malayu, disana ia menyusun kembali pemerintahan mauliwarmmadewa yang terkenal di tahun1286. lalu ia pun memperluas kekuasaan sampai daerah pagarruyung (minangkabau). patih gajah mada berhasil melaksanakan sumpahna dan karena hal itu seluruh kepulauan indonesia bahkan juga jazirah malaka mengibarkan panji" majapahit, hubungan persahabatan dengan negara" tetangga berlangsung baik. sumpah palapa terlaksana, majapajit mengalami jaman keemasan. semua itu tanpa disadari merupakan fenomena" adanya kegiatan public relations yang terjadi pada masa jaman kerajan. dimana pada cerita ini patih gajah mada sebagai seorang PR mampu menjembatani kerajaan" yang berbeda" di jagad nusantara ini sehingga dapat menciptakan suatu hubungan yang baik dan persatuan yang telah lama diimpikan.
    (sumber: http://sahlexx.multiply.com/journal/item/5/KERAJAAN_MAJAPAHIT)

    *Public Relations pada awal kemerdekaan indonesia
    Public Relations secara konseptual baru dikenal di Indonesia pada tahun 1950-an setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh pemerintahan Belanda pada tanggal 27 desember 1949. ketika Indonesia memindahkan Ibu Kotanya dari Yogyakarta ke Jakarta, pemerintahan pada saat itu menganggap penting adanya suatu lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui “who we are and what could we do, first?”, karena itulah pemerintah membentuk Departemen Penerangan. Namun dalam pengaplikasiannya Departemen ini hanya mengacu pada kegiatan politik dan kebijakan pemerintahan saja. Kemudian tahun 1962 dari Presidium Kabinet PM Juanda menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian / divisi Humas (PR), pada tahun itulah peride pertama cikal bakal adanya humas di Indonesia.
    PR di Indonesia berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi jika dikaitkan dengan state of being dan sesuai dengan keadaan yang terjadi jika dikaitkan dengan state of being dan sesuai dengan method of communication maka istilah humas dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi, jika kenyataannya kegiatan yang dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat tersebut hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, maka istilah hubungan masyarakat kuranglah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari Public Relations.
    tetapi sebenarna, fenomena Pr sudah dapat kita lihat pada masa awal" kemerdekaan. contohnya peristiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada tanggal 19 september 1945 yang merupakan momen pertama yang menunjukkan kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyatnya. hal ini terkait dengan pencitraan yang berusaha dilakukan pemerintah agar rakyatna tetap bersemangad mendukung aktivitas" yang dilakukan pemerintah. peristiwa ini dipelopori oleh Komite Van Aksi Menteng 31 yang merencanakan pengerahan massa untuk pertama kali mempertemukan pemimpin RI (setelah proklamasi) dengan rakyatnya. bila kita lihat lebih dalam, apa yang dilakukan oleh komite van aksi menteng ini merupakan bagian dari aktivitas yang biasanya dilakukan oleh PR dalam melaksanakan strategi"nya untuk menghubungkan antara seseorang atau organisasi/lembaga dengan publikna baik intern maupun ekstern dimana dalam peristiwa ikada ini publicna termasuk public ekstern. dalam pidatonya pada rapat raksasa tersebut, bung karno meminta kepercayaan dan dukungan rakyat kepada pemerintah. ia mengharapkan rakyat dapat mematuhi perintah dan disiplin. lagi" hal ini merujuk pada pencitraan diri yang dilakukan bung karno untuk menjaga kewibawaanna dihadapan publikna.
    (sumber: http://ahmadfathulbari.multiply.com/journal/item/16)


    Nindy Alif Arafah
    0811220123
    (D-IK-2)
    Jurusan ilmu komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    2009

    BalasHapus
  25. Zaman Kerajaan
    Pada masa seperti ini masyarakat di Indonesia masih belum mengenal adanya istilah Public Relations bahkan Hubungan Masyarakat (Humas) sekalipun.Namun masyarakat pada zaman ini diduga mulai menggunakan aktifitas-aktifitas yang saat ini biasa disebut sebagai kegiatan Public Relations khususnya di bidang perpolitikan.Seperti sosok Patih Gajahmada yang dikenal masyarakat dengan Sumpah Palapanya.Dengan prestasi gemilang yang dicapainya selama berada di lingkungan kerajaan,dari seorang rakyat jelata ia bisa menjelma menjadi sosok patih kerajaan Majapahit yang sangat dihormati dan disegani pada waktu itu.Dalam sumpahnya ia mengungkapkan bahwa,ia tidak akan memakan buah Palapa sebelum ia dapat mempersatukan wilayah nusantara.Kemudian ia mulai mengasingakan diri dari kegiatan duniawi dan mulai memusatkan perhatiannya pada usaha untuk mempersatukan wilayah nusantara.Berkat pemeliharaan komunikasi serta kerja sama yang baik dengan tokoh-tokoh penting di setiap wilayah nusantara,ia pun berhasil menyatukan seluruh wilayah nusantara sekaligus menjadikan Majapahit sebagai sebuah kerajaan yang sangat kuat pada zamannya.

    Zaman Awal Kemerdekaan
    Public Relations di Indonesia pada zaman awal kemerdekaan mulai dikenal pada tahun 1950-an.Hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik Indonesia yang pada saat itu baru memindahkan ibu kotanya dari Yogyakarta menuju Jakarta.Sehingga pemerintah pada saat itu membutuhkan suatu lembaga atau badan khusus yang menangani masalah pembenahan struktural tersebut.Dan pada akhirnya terbentuklah Departemen Penerangan,yang khusus berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah.Oleh karena itu fungsi Public Relations pada saat itu dinilai masih belum berkembang atau maksimal karena masih bergerak dalam bidang politik saja.
    Sepertinya pada masa itu Indonesia masih belum sepenuhnya memahami pengertian Public Relations yang hakiki.Dimana Public Relations memiliki dua sasaran,yakni publik intern dan publik ekstern.Serta adanya pola komunikasi dua arah dalam kegiatan penyampaian pesan.Oleh karena itu Bapak Public Relations,Ivy Ledbetter Lee,mengungkapkan bahwa Public Relations di Indonesia pada saat itu belum benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.
    Semakin hari perkembangan Public Relations menunjukkan hasil yang menggembirakan dikarenakan adanya kemajuan teknologi yang mengiringinya.Ditandai dengan adanya beberapa hal sebagai berikut :
    Radio Republik Indonesia (RRI) pada masa orde baru yang saat itu mengeluarkan program siaran keluar negeri,guna membangun citra positif Indonesia di mata dunia.
    Garuda Indonesia yang mulai mengembangkan unit Public Relations pada tahun 1954.
    Mabes Polri yang memiliki unit Public Relations pada tahun 1955.
    Badan Koordinasi Kehumasan (Bakorhumas) yang dibentuk pada periode tahun 1967-1971.
    Munculnya konsultan Public Relations,yakni PT.Inscore Zecha pimpinan M.Alwi Dahlan pada tahun 1972.
    Public Relations Associations of Indonesia (Perhumas) pada periode 1972-1987,tepatnya pada tanggal 15 Desember 1972.
    Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta.

    sumber:
    www.alwayskantry009.wordpress.com (dikutip tanggal 14 Maret 2009)
    www.kenny-dwiyan.blogspot.com (dikutip tanggal 15 Maret 2009)
    www.rumakom.wordpress.com (dikutip tanggal 17 Maret 2009)
    www.sbektiistiyanto.files.wordpress.com (dikutip tanggal 17 Maret 2009)

    Nourma Farahdina
    0811223046
    FAKULTAS ILMU SOSIAL
    UNIVERSITAS BRAWIJAYA
    MALANG
    2009

    BalasHapus
  26. Zaman Kerajaan
    Sebagai sebuah badan yang bertugas untuk melakukan komunikasi external, Humas memang baru dikenal pada awal kemerdekaan namun sebenarnya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pencitraan diri itu sudah dilakukan sejak zaman kerajaan. Hal ini terlihat dari adanya beberapa tarian yang digunakan untuk menyambut tamu dari kerajaan lain, seperti :
    1.Tari Patudu (Sulawesi Barat)
    Tari yang lahir akibat seringnya terjadi huru-hara antara balatentara Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Passokorang ini sampai sekarang tetap dipentaskan untuk menyambut tamu istimewa
    2.Tari Gantar (Suku Dayak)
    3.Tari Kancet Papatai /Tari Perang (Suku Dayak)
    4.Tarian Belian Bawo
    5.Tari Ganjar Ganjur
    Merupakan tarian tradisi asli Kutai Kartanegara yang hanya dilaksanakan pada upacara-upacara besar, seperti : upacara penyambutan tamu, upacara adat penambalan Sultan Kutai Kartanegara dan lain-lain
    6.Tari Nguri (Kerajaan Sumbawa)
    Tari kreasi baru yang diilhami oleh suasana kehidupan seputar istana ini, bercerita tentang penyambutan dan persembahan kepada tamu
    Sedangkan di Kerajaan Waturenggong (Bali) penyambutan tamu dilakukan dengan mempersembahkan canang ( persembahan sederhana penganut Hindu Bali yang selalu ada dalam setiap upacara baik skala kecil maupun besar) serta pementasan gamelan

    Awal kemerdekaan
    Pada awal kemerdekaan, Indonesia sempat memindahkan pusat ibu kota ke Yogyakarta yang tentu saja berimbas kepada terguncangnya seluruh elemen-elemen yang ada di dalam pemerintahan sehingga kemudian harus dibenahi agar berfungsi seperti semula. Belajar dari pengalaman, pemerintah merasa memerlukan sebuah lembaga yang berfungsi sebagai “peramal”, yaitu sebuah lembaga yang bisa membaca situasi untuk kemudian dijadikan pedoman sebagai penentuan langkah dan hal apa yang harus dilakukan kedepannya. Hingga kemudian tercetus ide untuk mendirikan Departemen Penerangan. Setelah terbentuk, ternyata lembaga tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, oleh karena itu Presidium Kabinet PM Juanda memerintahkan kepada seluruh instansi pemerintah harus memiliki bagian Humas.
    PR, pada awal kemerdekaan ditempatkan jauh di bawah top management yang merupakan tempat dimana seharusnya PR berada. Karena ada banyak hal yang tidak terpenuhi seperti yang telah dikonsepkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee maka pada saat itu belum bisa dikatakan sebagai “PR yang sesungguhnya”

    Nino Fransiska Yunitasari
    0811220028

    Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang
    2009

    BalasHapus
  27. Publicrelations ( PR ) secara konsepsional dalam pegertian state of being di Indonesia di kenal pada tahun 1950 – an setelah kedulatan di Indonesia di akui oleh kerajaan belanda di mana pada saat itu Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari yogyakarta ke Jakarta. Namun tidak berhenti di situ saja PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi dimulai dengan pengambilan kata humas yang mendapatkan terjemahan dari public relations maka tak heran kita sering menemui penggunaan sebutan “ direktorat hubungan masyarakat “ atau biro hubungan masyarakat bahkan bagian hubungan masyarakat sesuai sesuai dengan ruang lingkup yang di jangkau jika dikaitkan dengan state of being dan sesuai dengan method of communication maka istilah humas dapat di pertanggung jawabkan. Tetapi jika dikaitkan yang dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat itu hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi misalnya menyebabkan perss relase ke massa media mengundang wartwan untk jumpa pers atau wisata pres mka istilah hubungan masyarakat tsb tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemaha dari pulic relations. Dagpo rinpoche yang sekarang, dikenali oleh H.H.Dalai lama ke 13 sebagai reinkarnasi dari dagpo lama rinpoche jhampel lhundrup.dagpo rinpoche terdahulu ini sebelumnya sudah dikenal sebagai reinkarnasi seorang mahaguru yang berasal dari Indonesia yang bernama suvarnadvipa dharmakirti(serlingpa).suvarnadvipa terlahir dalam keluarga sri-vijayendra-raja(raja sriwijaya),yang juga merupakan bagian dari keluarga sailendravamsa (dinasti sailendra di yavadvipa),karena sri-maharaja balaputra dewa (raja sriwijaya) adalah putra dari sri-maharaja smaratungga (raja sailendra).keluarga leluhur rinpoche juga berperan dalam perguruan tinggi agama budha nalanda,yang berkembang pada masa pemerintahan kerajaan sriwijaya pada abad ke 7.suvarnadvipa kemudian menjadi biksu dengan nama ordinasi dhrmakirti.berkat usahanya yang keras dan himpunan kebajikanya yang sangat banyak, akhirnya beliau berhasil mencapai realisasi tertinggi sebagai seorang bodhisattva.beliau sebagai seorang guru Mahayana,khususnya ajaran bodhicitta tersebar jauh hingga ke India,cina,serta Tibet.atisha menempuh perjalanan selama 13 bulan melalui laut dari India,dengan kondisi yang sangat sulit,untuk bertemu dengan suvarnadvipa di Indonesia, untuk mendapatkan instruksi tentang bodhicitta(tekad mencapai kebudhaan demi kebaikan semua makluk)dari beliau.suvarnadvipa memberikan transmisi ajaran yang sisilahnya berasl dari maitreya, yaitu “tujuh poin instruksi untuk membangkitkan bodhicitta”,juga memberikan transmisi ajaran yang berasal dari manjushri,yaitu “menukar diri sendiri engan makhluk lain”(exchange self and others).atisha memainkan peranan yang sangat penting untuk membawa pembaharuan bagi agama Buddha. Atista menjadi salah satu mahaguru yang sangat dihormati dalam agama Buddha Tibet. Suvarnadvipa dan atisha bertemu kembali dalam masa sekarang dalam hubungan guru murid yang sama, yaitu ketika atisha terlahir kembali sebagai pabongka rinpoche dan menerima ajaran tentang bidhicitta dari dagpo lama rinpoche jhampel lhundrup. Dagpo lama rinpoche jamphel lhundrup ini memiliki peranan yang sangat penting bagi buddhisme Tibet dengan menghidupkan kembali ajaran lamrin dibagian selatan Tibet. Beliau sangat terkenal atas penjelasannya tentang lamrin dan realisasi beliau akan bodhicitta. Banyak guru lamrim pada masa itu yang mendapatkan transmisi dan penjelasan lamrim dari beliau sehingga mendapatkan realisasi atas ajaran lamrim tersebut. Kelahiran kembali dagpo rinpoche lainnya sangat banyak. Termasuk guru – guru besar seperti bodhisattva sadaprarudita ( taktunggu ).
    Yang hidup pada masa Buddha terdahulu. Beliau rela menjual sepotong dagingnya untuk memberi persembahan kepada gurunya. Selan itu yogi India bernama virupa dan cendekiawan gunaprabha juga diyakini adalah inkarnasi rinpoche.seperti juga milarepa , longdoel rinpoche juga mempunyai masa muda yang sulit. Beliau menjadi salah satu guru terkemuka pada abad tersebut, guru dari para cendikiawan, diantaranya Jigmey wangpo. Beliau juga menyusun risalah sebanyak 23 jilid. Pada masa kini, sejumlah kepala vihara dagpo shedrup ling juga termasuk dalam rekarnasi rinpoche sebelumnya. Sedangkan agama Buddha hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan dipelosok kepulaun nusantara dan palembang menjadi pusat pembelajara agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025 dan 1068, sriwijaya telah diserbu raja chola dari kerajaan kolamandala ( India ) yang mengakibatkan hancurny jalur perdagangan. Pada serngan kedua pda tahun 1025, raja srisanggramawidjaya tungga dewa ditawang. Pad masa itu juga, sriwijaya telah kehilangan monpoli atas lalu lintas perdagangan tiongkok – India. Akibat kemegahn sriwijaya menurun , kerajaan singosari yang berada di bawah naungan sriwijaya melepaskan diri. Pada tahun 1088, kerajaan melayu jambi , yang dahulunya berada di naungan sriwijaya menjadikan sriwijaya di taklukkannya. Kekuatan kerajaan melayu jambi berlangsung hingga 2 abad sebelum akhirnya melemah dan takluk dibawah maja pahit.





























    PERKEMBANGAN ‘PR’ DARI ZAMAN KERAJAAN HINGGA
    JAMAN MODERN




    DISUSUN OLEH :

    MUTIARA RACHMAWATI
    0811223118
    (D-IK-2)
    ILMU KOMUNIKASI



    UNIVERSITAS BRAWIJAYA


    2009

    BalasHapus
  28. FENOMENA PUBLIC RELATION
    Public Relations (PR) baru dikenal secara konsepsional dalam pengertian “state of being” di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia baru diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
    Istilah Public Relation baru dikenal di Indonesia pada awal abad 20, namun sebenernya teknik Public Relation sudah diterapkan berabad-abad yang lalu. Dimana pada saat itu, Public Relation belum menjadi sebuah lembaga resmi yang diakui tetapi Public Relation merupakan sebuah fenomena. Berikut ini akan dijelaskan fenomena Public Relation pada masa kerajaan dan awal kemerdekaan.
    Masa Kerajan :
    Patih Gajah Mada yang bersumpah akan menyatukan kerajaan-kerajaan Nusantara di bawah panji-panji Majapahit dan tidak akan merasakan kenikmatan duniawi sebelum ia bisa mewujudkan cita-cita besarnya itu. Sumpah yang terkenal dengan sumpah palapa ini dilakukan di depan pembesar-pembesar kerajaan. Walaupun pada akhirnya, hanya ada 1 kerajaan yaitu kerajaan Padjajaran yang tidak bisa ia takhlukkan. Dalam fenomena ini tampak bahwa patih Gajah Mada telah melakukan aktifitas Public Relations yaitu dalam mempublikasikan sumpah palapanya di depan pembesar-pembesar kerajaan. Dalam hal ini patih Gajah Mada telah melakukan fungsi Public Relations menurut Cutlip Center dan Canfield yaitu menciptakan komunikasi 2 arah dan mengatur arus informasi publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya.

    Pada tahun 1973 datang kapal dagang Nahkoda Khalifah yang membawa 1001 orang untuk menyebarkan agama islam dalam fenomena ini tampak bahwa adanya 100 orang tersebut telah melakukan aktifitas Public Relation, yaitu dalam mempublikasikan ajaran agama islam kepada peenduduk sekitar. Dalam hal ini 100 orang nahkoda khalifah tersebut telah melakukan fungsi Publik Relations dalam menciptakan komunikasi 2 arah dan mengatur arus informasi publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya dan juga memberikan saran-saran atau ide-ide kepada penduduk dalam mengambil kebijakan memeluk agama.
    Terpeliharanya Hubungan politik dan dagang yang baik antara malaka dengan Gujarat, Cina dan Benggala serta Pelabuhan-pelabuhan di jawa. Dalam hal ini tampak peranan PR untuk membina hubungan yang harmonis antara badan dengan publiknya (badan :Malaka, dan Publiknya: Gujarat, Cina dan Benggala). Dalam hubungan tersebut juga terjadi komunikasi yang merupakan sifat PR menurut Otis Baskin.
    Hubungan Raja Sriwijaya, BaLai Putra Dewa dengan Raja Benggala, India, Raja Paladewa sangat erat, terbukti dengan adanya rakyat yang dikirim kesana untuk mempelajari agama budha dalam hubungaan tersebut terjadi hubungan PR yaitu adanya komunikasi antara kedua belah pihak dan tampak peran PR dalam mengkomunikasikan kebijakan.
    Salah satu Yupa peninggalan Kerajaan Kutai, Kalimantan timur menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan upacara Korban Emas yang banyak. Dalam hal ini terlihat gejala PR diantaranya adanya hubungan seseorang dengan orang lain (adanya fungsi manajemen) dan adanya Publikasi mengenai publikasi upacara pelaksanaan korban emas yang banyak dari seseorang kepada orang lain, sehingga upacara tersebut dapat berlangsung dengan lancar.
    Masa Awal Kemerdekaan.
    Komite Nasional Indonesia atau (KNI) mengadakan upacara penyambutan kedatangan presiden dan wakil presiden pada tanggal 7 Januari 1946 di Kota tersebut. Pada saat itu tergambarkan adanya upaya dari kedua belah pihak untuk dapat mengadakan hubungan yang baik yang sifatnya menyenangkan dan menguntungkan. Jadi dengan adanya hal tersebut muncul citra yang positif dari Presiden dan Wapres kepada KNI.
    Prof. Logemann menyatakan sidang parlemen di muka Belanda bahwa masalah Indonesia merupakan masalah internasional yang rumit sekali hingga pemerintah tidak dapat memberikan keterangan sepenuhnya kepada sidang parlemen yang terbuka (Majalah Pantjaraja,1februari1946 ). Dalam hal ini tergambarkan salah satu aktifitas PR dimana Prof. Logemann berusaha mengkomunikasikan pernyataannya di muka sidang parlemen Belanda bahwa masalah Indonesia merupakan masalah internasional yang rumit sekali hingga pemerintah tidak dapat memberikan keterangan sepenuhnya kepada sidang parlemen yang terbuka. Dalam hal ini dimana fungsi PR menciptakan komunikasi 2 arah dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya.
    Sekutu memberitakan bahwa pesawat RAF (Royal Air Force) dari pasukan ke-18 Inggris melakukan pengawasan atas daerah yang luas di sekitar Jakarta untuk mengetahui gerakan-gerakan pasukan didarat (Majalah Pantjaraja,15 Januari 1946). Dalam fenomena ini tampak bahwa sekutu telah melakukan salah satu aktifitas PR, yaitu telah menginformasikan bahwa pesawat RAF telah melakukan pengawasan untuk mengetahui gerakan-gerakan pasukan didarat.
    Daftar Pustaka
    Toer, Pramudya Ananta,dkk.1999.Kronik Revolusi Indonesia.Jakarta.perpustakaan Populer Gramedia
    Yulianita,neni.2007.Dasar-Dasar Public Relation.Bandung.Pusat Penerbitan Universitas Lembaga Penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung.
    www.Muafikcenter.blogspot.com

    Nama: Nur sisilia
    Nim: 0811223048
    kelas:D-IK-2

    Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang
    2009

    BalasHapus
  29. fenomena public relations pada masa kerajaan dan awal kemerdekaan indonesia....
    Indonesia di awal abad 20 ,namun sebenarnya teknik Public Relations ini sudah diterapkan selama berabad-abad yang lalu. Pada saat itu, Public Relations belum menjadi sebuah lembaga resmi yang diakui tetapi merupakan sebuah fenomena.Berikut ini akan dijelaskan fenomena Public Relations pada masa kerajaan dan awal kemerdekaan.
    Masa kerajaan
    Penyambutan kunjungan penjelajah Fa Hsien pada abad ke-5ke kerajaan Tarumanegara.pada saat itu tergambarkan adanya upaya dari kedua belah pihak baik Fa Hsien maupun raja serta segenap warga kerajaan Tarumanegara untuk dapat mengadakan hubungan baik yang sifatnya dapat menyenangkan dan menguntungkan kedua belah pihak.Bila dikaitkan dengan aktifitas Public Relation dewasa ini,fenomena penyambutan merupakan salah satu cara untuk memperoleh citra yang baik dari public atau masyarakat (dalam hal ini publiknya Fa Hsien).
    Pada abad ke-13 kerajaan Melayu melakukan kerjasama dengan kerajaan Singhasari dari Jawa.Tujuannya menghadang ancaman dari Kubilai Khan yang berambisi menguasai Asia Tenggara.Dalam kerjasama tersebut,raja Singhasari yang bernama Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu ke Melayu dengan tujuan menghadang ekspansi kerajaan Mongol.pada saat itu, tergambarkan adanya aktifitas utama manajemen (kerjasama kerajaan Melayu dengan kerajaan Singhasari )dalam mencapai tujuan bersama (menghadang ancaman dari Kubilai Khan) dan adanya hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak. Fenomena ini merupakan salah satu aktifitas fungsi Public Relations menurut Cutlip Center dan Canfield sebagaimana dikutip dalam muwafikcenter.blogspot.com
    Fungsi public relations yaitu :
    1.Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
    2.Membina hubungan yang harmonis antara badan dengan publiknya
    Dalam usaha memajukan perdagangan Sriwijaya, dibawah pemerintahan Raja Balaputra Dewa ibu kota yang semula terletak di Palembang dipindahkan ke Minangatamwan,suatu daerah pertemuan antara sungai Kampar kanan dan Kiri.Dalam fenomena ini tampak adanya peran Public Relations yaitu dalam memonitor public opini membaca situasi perdagangan di Sriwijaya,kemudian Public Relation ini mengemukakan hasil monitoringnya dengan memberikan masukan,saran,ide-ide untuk kemajuan perdagangan Sriwijaya( input kebijakan ) kepada raja hingga akhirnya raja balaputradewa mengkomunikasikan kebijakannya kepada seluruh warga kerajaan Sriwijaya mengenai pemindahan ibukota Sriwijaya dari Palembang ke Minangatamwan.Hal ini berarti Public Relation dalam kerajaan tersebut telah melakukan peran Public Relations modern dalam organisasi seperti :1) memonitor public opini 2) input kebijakan 3) mengkomunikasikan kebijakan (http://muwafikcenter.blogspot.com)
    Pada abad ke-9,terjadi perkawinan antara Rakai Pikatan ( keturunan wangsa Sanjaya ) dengan seorang putri keluarga Sailendra bernama Pramodawardhani yang merupakan anak Samaratungga,raja Sailendra. Sebenarnya kedua belah pihak tersebut tadinya sedang bertikai.Dalam fenomena ini terdapat peran Public Relation yang berusaha mengelola isu dan opini yang bermusuhan atau tidak menguntungkan diantara kedua belah pihak,membangun opini yang baik sehingga dapat terjadi hubungan yang harmonis antar keduanya melalui perkawinan.
    Raden Wijaya yang berhasil meyakinkan pasukan Cina dengan mengakui kedaulatan Kubilai Khan agar pasukan tersebut mau bergabung dengan pasukan Raden Wijaya untuk menyerang kerajaan Kediri.Walaupun pada akhirnya,pasukan Raden Wijaya menyerang balik pasukan Cina.Dalam fenomena ini tampak bahwa Raden Wijaya telah melakukan aktifitas Public Relations dalam berkomunikasi,membentuk relationships dan membentuk pencitraan pasukan Raden Wijaya yang positif sehingga pasukan Cina mau ikut bergabung dengan pasukan mereka.

    Masa Awal Kemerdekaan
    Markas Pesindo ( Pemuda sosialis Indonesia ) daerah aceh menerangkan bahwa di Aceh tidak terdapat tentara perang dan tentara Jepang telah meninggalkan Aceh selurunya. Untuk mencegah terjadinya kerusuhan, diserukan agar Inggris tidak memasuki daerah Aceh. Akhir-akhir ini beberapa kapal yang kebangsaannya selalu mondar-mandir dalam batas teritorial Aceh (Majalah Pantjaraja, 15 Januari 1946).
    Dalam Fenomena ini jelas tampak adanya peran Public Relations dalam memberikan informasi kepada rakyat Indonesia khususnya rakyat Aceh dan peran Public Relations ini juga terlihat ketika markas Pesindo mengelola isu yang kurang menguntungkan dengan menberikan masukan, saran dan ide (untuk mencegah terjadinya kerusuhan, diserukan agar inggris tidak memasuki daerah Aceh). Sehingga dapat terbina hubungan yang harmonis antara pihak rakyat Aceh dan Inggris.
    Upacara penyambutan terhadap Presiden Soerkano dan Wakil Presiden Mohammad Hatta di Istana Presiden di Jogjakatra ( Majalah Peta No.7-8,1993).
    Pada saat itu tergambarkan adanya upaya dari kedua belah pihak baik Presiden Soekarno maupun wakil Presiden Mohammad Hatta serta segenap warga Jogjakarta untuk dapat mengadakan hubungan baik yang sifatnya dapat menyenangkan dan menguntungkan kedua belah pihak.Bila dikaitkan dengan aktifitas Public Relation dewasa ini,fenomena penyambutan merupakan salah satu good image maker yang dilakukan warga Jogjakarta kepada presiden dan wakilnya atau cara untuk memperoleh citra yang baik dari public atau masyarakat.Pencitraan yang positif ini merupakan salah satu prinsip dan tugas public relations.
    Pemerintah RI mengeluarkan pengumuman tentang kepindahan Presiden dan wakil presiden dari Jakarta ke Jogjakarta (Majalah Pantjaraja, 15 Januari 1946). Dalam fenomena ini tampak bahwa Pemerintah RI memberikan informasi.Hal ini berarti pemerintah RI telah melakukan fungsi Public Relations menurut Cutlip Center dan Canfield yaitu menciptakan komunikasi 2 arah dan mengatur arus informasi publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya.






    RUJUKAN

    Toer, Pramudya Ananta,dkk.1999.Kronik Revolusi Indonesia.Jakarta.perpustakaan Populer Gramedia

    Yulianita,neni.2007.Dasar-Dasar Public Relation.Bandung.Pusat Penerbitan Universitas Lembaga Penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung.

    www.Muafikcenter.blogspot.com

    Restiana indah i.p
    0811220134
    D-IK-2
    ilmu komunikasi

    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang
    2009

    BalasHapus
  30. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  31. Public Relations atau orang yang biasanya menamai dengan PR telah.berkembang di mana-mana.Perkembanga PR berhubungan erat dengan kemajuan-kemajuan masyarakat di berbagai bidang.Public Relations sebenarnya telah dilakukan berabad-abad hanya saja waktu itu waktu itu namanya bukan public relations .Perkembangan public relations sejalan dengan zaman yang mengikutinya.
    Pada zaman kerajaan contoh public relations adalah pada waktu kerajaan aceh waktu itu ada empat serdadu Belanda telah kabur dari benteng kapuas disebabkan karena serdadu itu kecewa dengan pemerintah belanda yang menggaji mereka lebih rendah dari gaji yang telah dijanjikan.Setelah keluar dari benteng banyak rintangan yang dilalui oleh para serdadu itu diantaranya,setelah 70 hari mereka merambah berantara kalimantan dan melawan buaya dan ular ,melintasi rawa-rawa penuh jebakan alam dan masih banyak lagi.
    Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni Relations Organizations( FAPRO)
    Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.
    Dalam dunia modern PR juga sangat berkembang sangat pesat diantaranya adalah pekerjaan seorang PRO yang inti pekerjaannya adalah Human Relation(HR) yang bukan hanya sekedar hubungan antar manusia tetapi lebih bersifat interaksi seorang dsengan orang lain,memperhatikan orang lain,,bersikap ramah dan jujur.Tujuan dan fungsi humas yang ingin dicapai dalan pekerjaan kehumasan tergolong dua golongan besar yaitu komunikasi internal yang bertugas memberikan informasi sebanyak sejelas mungkin mengenai institusi selain itu juga ada komunikasi eksternal yang bertugas memberikan informasi yang benar dan wajar mengenai institusi.Selain itu PR juga masih mempunyai berbagai macam pekrjaan yang masih banyak lagi yang masih banyak diminati

    oktafiani hidayah
    0811220126
    D-IK-2

    ilmu komunikasi
    fakultas ilmu sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang
    2009

    BalasHapus
  32. Dilihat dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali pemahaman terhadap perkembangan PR di Indonesia. Jika dilihat dari sejarah sebetulnya, PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di Eropa atau Amerika bahkan Australia.
    Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh. Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
    PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi. Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia.
    Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations.
    . Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations.
    Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu sendiri. Seperti:
    1. Pertama,
    Sasaran PR adalah
    public intern (internal publik )
    adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral manager.
    public ekstern (Eksternal Publik).
    adalah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya.
    Seperti Kantor Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan relasi kerja sama.
    2. Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah. Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
    Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
    Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis memang, dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.
    Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat dikatakan sebagai “PR Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
    Terbukti di periode kedua,
    pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
    Di periode ketiga
    tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ). Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
    Di periode keempat
    tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.
    Sehingga kini, dapat sinkron dengan rumusan Fungsi PR dari Departemen Penerangan R.I, yaitu :
    1. Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para karyawan.
    2. Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu masyarakat pada umumnya.
    3. Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan sebagai medium penerangan.
    4. Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama kegiatan Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.


    rieza sidrafil febianti
    0811223132
    d-ik-2

    BalasHapus
  33. Sejarah PR Masa Kerajaan.
    Tahun 300 - Indonesia telah melakukan hubungan dagang dengan India Hubungan dagang ini mulai intensif abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan. Hal ini membuktikan PR telah ada pada zaman itu. Dengan adanya hubungan ini awalmulakedua kerajaan bisa saling mengenal pasti ada orang yang berfungsi sebagai PR anntara kedua kerajaan. Dan ada orang menyiarakan tentang hubungan dangan mereka sehingga bisa memperdagangkan barang-barangnya dalam pasaran internasional.
    692 - Salah satu kerajaan Hindu di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi besar dan pusat perdagangan yang dikunjungi pedagang Arab, Parsi, Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatera Utara, Sunda, Jambi termasuk kekuasaaan Sriwijaya. Pada masa ini perkembangan kerajaan Sriwijaya berkaitan dengan masa ekspansi Islam di Indonesia dalam periode permulaan. Sriwijaya dikenal juga sebagai kerajaan maritim. Sriwijaya bisa dikenal sebagai kerajaan maritime tidak lepas dari pencitraan yang ingin di tampilkan oleh kerajaannya dan proses ini juga tidak lepas dari peran PR.
    922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
    Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan makasar. Tidak mungkin kedua kerajaan itu bergabung begitu saja, tentu dalam usaha penggabungan kedua kerajaan itui PR juga ikit berperan hingga dapat kesepakatan itu.
    REKYAN P.
    0811220133
    D-IK-2

    BalasHapus
  34. Jika kita pikirkan kita pasti tidak bisa membayangkan mana mungkin pada zaman dahulu ada seseorang yang berprofesi sebagai PR ( public relation ) tapi tentu saja perlu diingat bahwa pada zaman tersebut belum ada istilah PR tapi mungkin digunakan istilah lain dalam menyebut profesi tersebut. Contoh yang bisa kita ambil antara lain :
    1. Mensosialisasikan adanya sayembara yang diadakan oleh kerajaan
    2. Pengiriman utusan dari suatu kerajaan ke kerajaan lain guna mempererat tali persahabatan seperti yang dilakukan oleh Kubilai Khan yang mengirimkan utusannya ke kerajaan Singosari, terlepas dari bagaimana kisah itu berakhir pada dasarnya hal tersebut bisa dikatakan sebagai bagian dari tugas seorang PR.
    3. Ketika di kerajaan mataram lama terjadi persengketaan antara dinasti Syailendra dan dinasti Sanjaya yang diakhiri dengan pernikahan Pramodawardhani dan Rakai Pikatan tidak mungkin tidak ada satu orang pun yang bertugas menyampaikan hal tersebut dan menjelaskan kepada rakyat mengapa raja dinasti Syailendra menikahkan putrinya dengan seorang pangeran dari dinasti Sanjaya. Dan orang yang bertugas menjelaskan hal tersebut pada zaman sekarang disebut sebagai seorang PR.
    4. Pengiriman utusan dari kerajaan sriwijaya ke kerajaan siam.
    5. Ketika diumumkan akan dibuatnya sungai Citarum pasti ada seseorang yang bertugas menyampaikannya kepada masyarakat agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam penggalian tersebut.
    Itulah beberapa contoh adanya kegiatan PR pada masa kerajaan-kerajaan tersebut berdiri di Indonesia. Sejarah tersebut terjadi dalam waktu yang sangat lama, ketika kerajaan-kerajaan tersebut mulai runtuh bukan berarti kegiatan PR di Indonesia juga mulai menghilang. Ketika kerajaan-kerajaan hindu budha (Mataram lama, Sriwijaya, Singosari, Tarumanegara dll) digantikan oleh kerajaan islam (Samudra Pasai, Demak, Aceh, dll) maka kegiatan PR pun tetap berjalan, misalnya pada masa kerajaan demak, saat wali songo menyebarkan agama islam hal tersebut pun bisa digolongkan sebagai kegiatan seorang PR, meliputi bagaiman mengenalkan agama islam ke masyarakat yang notabene beragama Hindu, memasukkan ajaran dan budaya agama islam ke dalam budaya masyarakat yang banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Hindu dan budha maka bisa dikatakan wali songo adalah contoh PR yang berhasil dibidangnya.
    Kemudian ketika para pelaut dan pemburu rempah-rempah dari Negara-negara Eropa mulai mendatangi raja-raja di Indonesia guna menjalin persahabatan dan selanjutnya berupaya untuk mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia, tugas mendatangi dan mengunjungi raja-raja tersebut dilakukan oleh seorang PR hingga berkat keahlian PR itu pula secara berangsur-angsur kerajaan islam di Indonesia mulai dikuasai oleh bangsa Eropa. Contoh selanjutnya yakni ketika Sultan Agung dari kerajaan mataram islam menghimbau raja-raja di pulau Jawa untuk ikut serta menyerang belanda di Batavia lagi-lagi peran seorang PR ditemukan disana. Begitu banyak contoh peran seorang PR pada zaman kerajaan di Indonesia. Dan hal ini memberi kita bukti bahwa peran seorang PR dalam sejarah Indonesia memang tidak dapat diabaikan.
    Pada periode selanjutnya ketika Indonesia berhasil dijajah oleh bangsa Belanda dan bangsa Jepang peran seorang PR pun tidak bisa diabaikan, tugas untuk menjalin hubungan dengan Negara lain guna memperoleh dukungan agar memperoleh kemerdekaan pun bisa dikatakan sebagai tugas seorang PR. Hingga akhirnya Indonesia memperoleh kemerdekaan.

    NACOTA YESHIDA SAPAHUMA
    0811223045
    KELAS D-2

    BalasHapus
  35. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  36. Perkembangan Public Relations

    1.zaman kerajaan

    Perkembangan Public Relations pada zaman kerajaan dulu mungkin belum seperti sekarang .Dulu, mungkin seperti yang pernah saya baca.kisah tentang seorang putri raja yang mengalami sakit yang mungkin sulit disembuhkan maka raja mengutus hulubalangnya. Agar mengumumkan kepada rakyat bahwa akan diadakan sayembara. Barang siapa yang bisa menyembuhkan putri akan diberi hadiah. Kalau laki-laki akan diberi hadiah berupa dinikahkan dengan putri raja, kalau putri, maaf saya lupa karena sudah lama bacanya. Itu membuktikan bahwa hulubalangnya tersebut bisa disebut sebagai public relations. Walaupun belum seperti public relations zaman sekarang .tapi hal itu benar-benar membuktikan bahwa dulu pun kegiatan public relations sudah ada. Karena sedikit kemungkinan raja berbicara secara langsung dengan rakyatnya mengenai hal tersebut. karena biasanya raja mengutus bawahannya untuk menyampaikan pesan kepada rakyatnya.
    Tapi kegiatan Public Relations tidak hanya terbatas pada manusia. Prasati atau peningglan kerajaan terdahulu mungkin bisa disebut sebagai kegiatan public relations.seperti salah satu peninggalan sejarah dari kesultanan Demak yang bisa kita lihat sampai sekarang yaitu Masjid Demak, yang diperkirakan ditinggalkan oleh walisongo. Dan contoh dari kerajaan lain seperti kerajaan singhasari. Disebutkan dalam prasasti kudadu , nama resmi kerajaan Singhasari yang sesungguhnya adalah kerajaan tumapel. Menurut Negarakretagama, ketika pertama kali didirikan pada tahun 1222, ibu kota kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.Pada tahun 1254,Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.

    2.Zaman Awal Kemerdekaan

    Pada zaman masa awal kemerdekaan, sekutu tidak ingin melepaskan Indonesia begitu saja. Oleh karena itu sekutu melakukan berbagai cara seperti peperangan. Ntuk menyelesaikan perperangan yang berlarut-larut kedua belah pihak ,yaitu indonesia dan sekutu melakukan diplomasi dengan cara mengirimkan delegasi sebagai perkilan dari masing-masing. Seperti perjanjian Linggarjati ,(KMB) konferensi meja bundar,renville dan perjanjian lainnya. Karena tidak mungkin semua rakyat Indonesia menghadiri oerjanjian tersebut.atau semua rakyat sekutu ikut hadir dalam perjanjian tersebut. Itu jelas tidak mungkin .oleh karena itu kedua belah pihak pasti mengirimkan utusan sebagai wakil dari kedua belah pihak. Itu pun membuktikan bahwa kegiatan public relations pada masa kemerdekaan sudah ada hingga saat ini.

    Sumber:
    http://id.wikipedia.org/wiki

    MOCHAMAD MAHBUB ADI
    0811223042
    D-IK-2

    Ilmu Komunikasi
    Fakultas Ilmu Sosial
    Universitas Brawijaya
    Malang 2009

    BalasHapus